Ahad 08 Nov 2020 10:34 WIB

Musim Penghujan, Waspada Ancaman Penyakit Ini

Perilaku hidup bersih sehat harus dilakukan saat musim penghujan.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Berbagai penyakit bisa menyerang tubuh saat musim penghujan, termasuk diare.
Foto: Dok Republika
Berbagai penyakit bisa menyerang tubuh saat musim penghujan, termasuk diare.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir semua wilayah Indonesia kini mengalami pancaroba ke musim penghujan. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengingatkan berbagai penyakit bisa menyerang tubuh saat musim penghujan, termasuk diare.

"Diare (bisa menyerang tubuh) karena tercemarnya dengan air hujan atau air banjir yang sangat mudah terjadi. Kemudian ini mengakibatkan gangguan di saluran pencernaan," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi Republika, Ahad (8/11).

Baca Juga

Selain itu ia menyebutkan penyakit kulit, seperti kencing tikus, gatal, ruam juga bisa dialami masyarakat selama musim penghujan. Kemudian ksus demam berdarah dengue (DBD) juga diakui sering muncul. Bahkan, ia menyebutkan infeksi saluran napas juga bisa terjadi karena penularan infeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) yang masih belum selesai.

"Ini yang harus diperhatikan," ujarnya.

Untuk menghindari terserang berbagai penyakit ia meminta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tidak boleh dilupakan, kemudian menjaga daya tahan tubuh juga jangan ketinggalan. Daeng juga meminta masyarakat lebih memperhatikan menjaga kebersihan makanan dan minuman karena ancaman terjadinya penyakit saluran napas dan infeksi melalui saluran cerna. Oleh karena itu, ia meminta jangan sampai makanan dan minuman terkontaminasi air hujan.

Sebelumnya Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo mengingatkan ancaman fenomena La Nina yang biasanya diikuti bencana banjir bandang dan tanah longsor. Sehingga, pentingnya mitigasi untuk mengantisipasinya.

Menurut Doni, ancaman La Nina yang biasanya diikuti banjir bandang dan tanah longsor. "Sehingga, yang paling penting adalah mitigasi non-struktural yang berupaya di bidang kultural atau perilaku. Kalau kita sudah mempersiapkan diri dengan memperhatikan masalah perilaku dengan menjaga lingkungan dan mengantisipasi kesiapsiagaan, ini akan bisa mengurangi risiko terjadinya korban jiwa," katanya saat berbicara di konferensi virtual BNPB Mengantisipasi Bencana Hidrometeorologi, Selasa (20/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement