Sabtu 07 Nov 2020 00:54 WIB

Yogyakarta Waspadai Penularan Covid-19 di Perbatasan

Perbatasan tersebut termasuk wilayah padat penduduk.

Red: Nur Aini
Aneka produk masker bermotif dipajang saat Pameran Masker Indonesia di Galeria, Yogyakarta, Selasa (3/11). Pada pekan pertama ini diikuti 18 desainer dan menampilkan 360 karya masker. Pameran ini terinspirasi dari pandemi Covid-19 selama ini. Kegiatan ini akan berlangsung hingga Januari 2021, dan menampilkan berbagai desainer dari seluruh Indonesia. Masker yang dipamerkan juga bisa dibeli oleh pengunjung dengan harga di bawah Rp 150 ribu.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Aneka produk masker bermotif dipajang saat Pameran Masker Indonesia di Galeria, Yogyakarta, Selasa (3/11). Pada pekan pertama ini diikuti 18 desainer dan menampilkan 360 karya masker. Pameran ini terinspirasi dari pandemi Covid-19 selama ini. Kegiatan ini akan berlangsung hingga Januari 2021, dan menampilkan berbagai desainer dari seluruh Indonesia. Masker yang dipamerkan juga bisa dibeli oleh pengunjung dengan harga di bawah Rp 150 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta meminta seluruh tim meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penularan kasus Covid-19 di wilayah perbatasan, terlebih setelah munculnya klaster penularan di salah satu pondok pesantren.

“Meski sudah dilakukan karantina mandiri di pondok tersebut, namun kami minta ke puskesmas terdekat untuk meningkatkan antisipasi. Harus diperhatikan potensi sebarannya karena lokasinya berbatasan dengan Kota Yogyakarta,” kata Ketua Harian Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Jumat (6/11).

Baca Juga

Selain itu, kata dia, pemantauan secara intensif juga diperlukan karena wilayah perbatasan tersebut, termasuk wilayah padat penduduk.

“Temuan kasus di wilayah atau kecamatan tersebut sebenarnya tidak terlalu banyak. Tetapi pemantauan tetap perlu dilakukan,” katanya. Guna mengantisipasi potensi munculnya klaster serupa di wilayah Kota Yogyakarta, Heroe mengingatkan pengelola pondok pesantren selalu menerapkan protokol kesehatan.

Sebelumnya, kata dia, sudah ada dua atau tiga pondok pesantren di Kota Yogyakarta yang mengajukan verifikasi protokol kesehatan kepada Satgas Penanganan Covid-19 Yogyakarta. Ia mengatakan protokol kesehatan yang ditetapkan untuk berbagai kegiatan di pondok pesantren tidak terlalu berbeda dengan di tempat ibadah.

“Yang menjadi catatan kami adalah agar pengelola pondok juga memastikan bahwa seluruh tamu yang datang dalam kondisi sehat dan memperhatikan interaksi dengan warga di pondok pesantren” katanya.

Terkait dengan potensi peningkatan kasus usai libur panjang Oktober lalu, Heroe menyebut hingga saat ini tidak terdeteksi.

“Gejala akibat paparan virus biasanya muncul dalam waktu lima hari. Sampai sekitar satu pekan usai libur panjang, belum ada peningkatan kasus,” katanya.

Ia berharap, potensi kenaikan kasus usai libur panjang tidak terjadi karena seluruh tim yang tergabung dalam Satgas Penanganan Covid-19 Yogyakarta melakukan pemantauan dan penertiban secara tegas terhadap penerapan protokol kesehatan, baik kepada wisatawan maupun pelaku usaha jasa pariwisata.

“Untuk kebutuhan skrining kasus, sedang kami bahas. Misalnya melakukan 'rapid test' (tes cepat) acak ke personel yang banyak terjun ke lapangan. Sedang kami tentukan kapan waktu yang tepat,” katanya.

Pada Jumat (6/11), terdapat penambahan enam suspek dan empat kasus terkonfirmasi positif Covid-19, empat pasien sembuh atau selesai menjalani isolasi dan satu pasien meninggal dunia. Hingga saat ini masih ada 31 pasien yang menjalani perawatan, 475 pasien sembuh, dan 21 meninggal dunia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement