REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur mencatat, ekonomi Jatim pada kuartal III 2020 terkontraksi sebesar 3,75 persen dibandingkan kuartal III 2019 (yoy). Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur kondisi itu bisa membaik.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur Difi Ahmad Johansyah optimistis kondisi ekonomi Jawa Timur bisa membaik pada paruh kedua 2020, yang hanya menyisakan dua bulan lagi. Difi melihat geliat ekonomi terus terjadi di sejumlah titik.
"Potensi geliat ekonomi Jawa Timur juga terlihat pada defisit neraca perdagangan yang terus menyempit, adanya peningkatan aktivitas bongkar muat di Tanjung Perak, mobilitas masyarakat ke tempat pembelanjaan yang terus meningkat, serta indikator positif lainnya," ujar Difi di Surabaya, Kamis (5/11).
Sebelumnya, Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan, hampir semua komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut pengeluaran mengalami kontraksi. Komponen yang mengalami kontraksi tertinggi adalah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 6,99 persen. Kemudian disusul Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,47 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,92 persen.
"Terkontraksinya pengeluaran pemerintah terjadi di semua pos anggaran seperti belanja pegawai, barang, modal, dan sosial baik pada anggaran APBD maupun belanja barang APBN," ujar Dadang.
Dadang melanjutkan, jika dibandingkan kuartal II 2020 (qtq), perekonomian Jawa Timur mengalami pertumbuhan sebesar 5,89 persen. Sementara sepanjang Januari hingga September 2020, ekonomi Jatim terkontraksi 2,29 persen.