REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Cuti dan libur panjang pada 28 Oktober-1 November 2020 kemarin dikhawatirkan dapat memicu kasus virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) melonjak. Namun, kepastian peningkatan kasus Covid-19 bisa diketahui sepekan mendatang.
"Masa inkubasi Covid-19 itu lima sampai tujuh hari. Jadi, sepekan lagi baru bisa kelihatan terjadinya peningkatan kasus Covid-19," kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto saat dihubungi Republika, Selasa (3/11).
Ia menilai kini tren kasus Covid-19 masih fluktuatif, bahkan belum diketahui kapan puncaknya. Karena itu, ia meminta pemerintah jangan lengah dan tetap melakukan pengawasan karena kasus Covid-19 masih naik turun. Ia juga berharap pemerintah meningkatkan kapasitas alat kesehatan yang mendukung terapi pengobatan Covid-19 seperti ventilator dan obat seperti Remdesivir, Avigan, hingga Tamiflu.
Sementara untuk melindungi dokter yang menangani Covid-19 yaitu dengan tetap mendukung penyediaan alat pelindung diri (APD). Di lain pihak, ia juga meminta masyarakat mewaspadai tempat umum terutama kantor, restoran, atau pertemuan-pertemuan karena bisa menjadi tempat penularan Covid-19 dan menjadi klaster. Sejauh ini, ia menilai perilaku masyarakat sekarang berbeda dengan saat mudik lebaran lalu. Sebab, ia menyebutkan masyarakat yang peduli menerapkan protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun kini semakin besar. "Sekarang masyarakat jauh lebih peduli. Jadi, saya kira mungkin kasusnya tidak naik, kalaupun naik jumlahnya sedikit," katanya.
Ia optimistis kalau masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan maka rantai penularan virus bisa diputus meski belum ada hasil uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 yang dipublikasi. N Rr Laeny Sulistyawati