Jumat 30 Oct 2020 10:36 WIB

Visi Integrasi Maulid Nabi Perlu Ditiru Para Pemimpin NKRI

Karakter dan kepribadian Nabi SAW sangat mengagumkan, memesona kawan dan lawan.

Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto:

Teladan terbaik

Dalam Muhammad, The Prophet of Islam, KS Ramakrishna Rao, menyatakan, "Menarasikan kepribadian Muhammad dengan tepat itu sangat sulit. Saya pun hanya bisa menangkap sekilas; betapa ia adalah lukisan yang indah. Anda bisa lihat Muhammad sang Nabi, sang pejuang, sang pengusaha, sang negarawan, sang orator ulung, sang inovator, sang pelindung anak yatim piatu, sang pemerdeka hamba sahaya, sang pembela hak-hak perempuan, sang hakim, sang pemuka agama. Dalam setiap perannya tersebut, beliau tampil sebagai seorang pahlawan yang cemerlang.''

Prestasi sebagai pahlawan pemersatu suku-suku Arab Makkah, pernah diraihnya sebelum diangkat menjadi nabi. Beliau sukses menyelesaikan konflik antarsuku dalam penempatan kembali Hajar Aswad yang hanyut akibat banjir besar.

Sikap akomodatif dan visi integrasi sebagai calon pemimpin pemersatu umat itu membuatnya mendapat gelar al-Amin. Karena itu, Maulid Nabi SAW penting dimaknai dalam konteks perdamaian dan persatuan bangsa.

Esensi peringatan Maulid Nabi SAW adalah aktualisasi ajaran Islam rahmatan lil 'alamin untuk perdamaian dan persatuan bangsa. Secara personal, kepribadian dan akhlak Nabi sarat pesan persatuan dan perdamaian.

Dalam berbagai buku biografi Nabi SAW yang ditulis Ibn Hisyam, Ibn Ishaq, Husein Haikal, Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, dan sebagainya dinarasikan, dalam kesehariannya, beliau menunjukkan roman muka cerah ceria, ramah dan bersahabat, gaul, dan supel.

Visi integrasi

Setelah dimusuhi dan diancam akan ditangkap hidup-hidup dan dibunuh saat masih di Makkah, Nabi dan para sahabatnya hijrah ke Madinah. Selain menghindari konflik dan kekerasan, hijrah itu juga bertujuan menyatukan dua suku yang terus-menerus berseteru dan terlibat perang berkepanjangan, yaitu suku Aus dan Khazraj.

Setelah sukses memediasi dua suku utama Madinah tersebut, dengan visi integrasinya, Nabi SAW menempuh jalan damai dalam rangka mengintegrasikan berbagai komunitas Madinah yang berbeda suku, agama, dan strata sosial. Nabi lalu menggagas perjanjian damai dan integrasi dengan komunitas Nasrani, Yahudi, Majusi, dan komunitas lainnya. Dengan menerbitkan Mitsaq al-Madinah (perjanjian atau kontrak sosial politik), semua warga Madinah diberikan hak-hak dan kewajiban yang sama.

Semua warga Madinah, tanpa kecuali, harus menjaga keamanan, ketertiban, dan persatuan. Jika diserang musuh dari luar, semua wajib membela dan mempertahankan Kota Madinah sampai titik darah penghabisan.

Visi integrasi dalam Mitsaq al-Madinah memberikan perlindungan dan kebebasan beragama bagi para penganut agama yang majemuk itu, sesuai ajaran agama masing-masing. Keadilan hukum dan konstitusi ditegakkan pada semua warga Madinah tanpa diskri minasi, sehingga semua merasakan kepastian hukum, keamanan, kesetaraan, dan keadilan. Visi integrasi Nabi SAW bagi semua komponen masyarakat Madinah menjadikannya sebagai baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur, kota berperadaban yang tercerahkan, berkemajuan, berkeadilan, dan berkesejahteraan, bahagia lahir dan batin.

Sastrawan Rusia, Nikolayevich Tolstoy (1828-1910), dalam Hikam an-Nabi Muhammad, menegaskan, kontribusi terbesar yang dipersembahkan Muhammad SAW sebagai pemimpin agama dan negara adalah menghentikan pertumpahan darah, menyatupadukan segenap komponen masyarakat, dan membuka pintu kemajuan peradaban, dengan kepemimpinannya yang bervisi integrasi.

Komunikasi politiknya berhasil mempersuasi dan menyatukan umat dan bangsa di bawah panji kejayaan dan keadilan sosial. Karena itu, spirit Maulid Nabi SAW saat ini harus dikontekstualisasikan dalam rangka merawat NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan mengembangkan visi integrasi yang konstruktif dan produktif.

Semua komponen bangsa, hendaknya menanggalkan ego sektoral, kepentingan pribadi, golongan, atau partai, dengan mengedepankan kesatuan dan kemaslahatan bangsa, agar warga bangsa tidak mudah diprovokasi dan dibenturkan satu dengan lainnya. Maulid Nabi SAW mengajarkan kita, pentingnya mengembangkan visi integrasi konstruktif dan produktif dengan menomorsatukan tujuan, kepentingan, dan kemaslahatan nasional.

Visi integrasi konstruktif ini harus menjadi komitmen bersama dan prioritas utama para pemimpin bangsa agar NKRI tetap damai, bersatu, bersaudara, dan bersinergi demi masa depan bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Semoga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement