REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petani Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, melakukan gerakan tanam padi huma atau padi gogo.
"Gerakan tanam dilakukan Oktober-November 2020 sesuai jadwal kalender adat," kata Santa (50) seorang petani Baduy yang menggarap lahan milik Perum Perhutani di Kecamatan Cileles Kabupaten Lebak, Rabu (28/10).
Gerakan penanaman padi tahun ini diuntungkan, karena curah hujan cenderung meningkat dibandingkan tahun 2019 saat terjadi kemarau.
Meningkatnya curah hujan tentu cukup memudahkan gerakan penanaman padi huma yang dilakukan secara bergotong-royong dan bergiliran.
Sebab, kata dia, penanaman padi huma seluas satu hektare bisa selesai dikerjakan empat hari ke depan, namun jika bersama-sama dilakukan secara bergotong royong hanya seharian.
"Kami hari ini giliran melaksanakan tanam padi huma dan dibantu puluhan petani lainnya. Kami besok juga membantu penanaman padi di lokasi petani lain yang menjadi giliran," katanya menjelaskan.
Menurut dia, petani Baduy bercocok tanam padi huma di ladang dengan cara berpindah-pindah lahan sesuai adat nenek moyangnya agar tanamannya tumbuh subur dan menghasilkan ketahanan pangan serta pendapatan ekonomi.
Saat ini, dirinya melaksanakan padi huma dengan tidak jauh lokasinya dengan tahun lalu di lahan milik Perum Perhutani di Kecamatan Cileles.
Mereka petani Baduy sangat terbantu dengan adanya kebijakan Pemerintah yang memperbolehkan lahan milik BUMN itu dimanfaatkan oleh petani Baduy dengan cara menyewa.
"Kami menanam padi huma di ladang dengan cara tumpang sari dengan tanaman lain, seperti pisang, sayuran, cikur, jahe dan tebu," katanya.
Tarwinah (50) petani Baduy mengatakan dirinya bercocok tanam setahun dilakukan satu kali tanam untuk dijadikan ketahanan pangan keluarga dan pendapatan ekonomi.
Saat ini, dirinya bercocok tanam ladang seluas satu hektare di perbatasan dengan masyarakat luar Baduy di Kecamatan Cirinten.
Masyarakat Baduy mengembangkan pertanian ladang kebanyakan di lahan luar kawasan adat, sebab tanah adat relatif kecil dengan bertambahnya penduduk.
"Kami sejak turun temurun menanam padi huma dan tanaman lainnya di lahan darat karena keputusan adat juga tidak menggunakan pupuk kimia," katanya menjelaskan.
Tetua adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini jumlah penduduk Baduy tercatat 11.620 jiwa dan terdiri dari 5.870 laki-aki dan 5.570 perempuan.
Seluruh masyarakat Baduy berprofesi sebagai petani ladang dengan bercocok tanam padi huma dan palawija serta hortikultura.
Penghasilan petani Baduy menanam padi huma dengan masa panen selama enam bulan ke depan, namun panen padi huma untuk dijadikan ketersedian pangan keluarga.
Sedangkan, kata dia, panen cikur, jahe dan pisang antara delapan sampai 12 bulan.
"Panen cikur, jahe dan pisang mereka jual ke penampung maupun tengkulak untuk penghasilan ekonomi," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan pemerintah daerah mendorong petani Baduy meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pendapatan warga.
Selama ini, petani Baduy menyumbangkan ketahanan pangan cukup besar bagi mereka.
"Kami mengapresiasi warga Baduy jika panen padi huma selalu menyimpan gabah di "leuit" atau rumah pangan dari hasil panen padi huma setahun untuk dijadikan cadangan pangan keluarga," katanya.