REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat memprediksi surplus gabah panen pada 2020 mencapai 84 ribu ton dikarenakan panjangnya masa tanam yang disebabkan hujan turun sepanjang tahun ini.
"Surplus gabah panen ini sudah dipastikan lebih tinggi dibandingkan pada tahun lalu atau 2019, sebab petani pada 2020 sepanjang tahun menanam karena hujan terus turun," kata Kepala Distan Kabupaten Sukabumi Sudrajat di Sukabumi, Senin.
Ia menjelaskan surplus tersebut dihitung dari target luasan lahan dengan realisasi tanam padi. Adapun target luasan tanam 164 ribu hektare/tahun, namun pada realisasinya luas tanam padi mencapai 178 ribu hektare/tahun.
Rata-rata setiap haktare sawah bisa menghasilkan gabah panen sebanyak enam ton, sehingga jika ditotalkan realisasi panen pada 2020 mencapai 1.068.000 ton, dikurangi produksi gabah panen sesuai target luasan tanam yakni sebanyak 984.000 ton sehingga surplusnya mencapai sekitar 84 ribu ton.
Menurutnya, tidak menutup kemungkinan luas lahan tanam padi hingga akhir tahun ini terus bertambah, apalagi didukung dengan curah hujan yang tinggi. Sudah dipastikan petani akan mempercepat olah tanah pascapanen sehingga bisa langsung tanam kembali.
"Mayoritas lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi merupakan sawah tadah hujan, maka dari itu petani memanfaatkan momen musim hujan ini untuk menggenjot produksi padi," tambahnya.
Sudrajat mengatakan untuk mendukung produksi padi, pihaknya menjamin ketersediaan benih dan pupuk. Dipastikan, petani tidak akan kesulitan mendapatkan pupuk maupun benih, namun di sisi lain jika produksi melimpah yang dikhawatirkan harga gabah menjadi turun.
Untuk itu, pihaknya berkoordinasi dengan sejumlah pihak agar harga panen tetap stabil, sehingga petani tetap mendapatkan keuntungan lebih dari bertaninya. Di sisi lain, persediaan beras pada masa pandemi COVID-19 cukup melimpah dan harganya stabil, diperkirakan persediaan tersebut mencukupi hingga 2021.