REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, segera memitigasi setiap potensi kebencanaan yang mungkin terjadi akibat pengaruh fenomena alam La Nina.
"Semua pihak utamanya instansi maupun OPD yang memiliki kemampuan kebencanaan, agar segera memitigasi setiap potensi kebencanaan dari hulu hingga hilir, sehingga akan terwujud langkah-langkah antisipatif yang perlu kita lakukan secara sinergis," kata Pjs Bupati Bantul Budi Wibowo dalam Rakor Forkompinda Menghadapi Musim Hujan 2020/2021 di Bantul, Senin.
Menurut dia, berdasar penjelasan dari Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa anomali iklim La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan sebesar 20 hingga 40 persen di atas normal.
Untuk itu, kata dia, Pemerintah Kabupaten Bantul tidak boleh terlambat merespons dampak fenomena La Nina, dan mengajak bersama-sama menyiapkan diri menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan diharapkan bencana tidak terjadi.
Dia mengatakan BPBD, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Bappeda dan semua instansi terkait kebencanaan di Bantul agar segera melakukan koordinasi bersama dengan merinci item kesiapan apa saja yang harus ada.
"Terutama pada jalur-jalur evakuasi masyarakat jika terdapat bencana banjir, tanah longsor dan angin kencang. Hitung seluruh potensi dampak yang ditimbulkan terhadap sektor sosial, ekonomi dan kehidupan masyarakat seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya," katanya.
Pjs Bupati juga meminta agar instansi terkait mengptimalkan pengelolaan tata air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih akibat curah hujan di atas normal.
"Cek kembali dan pastikan 'early warning system' (EWS) tanah longsor yang terpasang di 10 titik daerah rawan dapat berfungsi dengan baik," katanya.
Dia juga mengatakan fenomena La Nina juga mempunyai dampak terhadap permasalahan kesehatan seiring dengan tingginya potensi bencana hidrometeorologi yaitu banjir, tanah longsor dan kejadian dampak angin kencang.
"Banyaknya penyakit menular dan penyakit yang terbawa air seperti diare,leptospirosis dan hepatitis A harus benar-benar kita waspadai terutama pada daerah-daerah yang rawan banjir," katanya.
Dia mengatakan karena saat ini masih berada dalam situasi pandemiCOVID-19, maka setiap upaya mitigasi bencana maupun penanganan ketika terjadi bencana harus dilakukan secara detail dan terukur dengan memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan protokol kesehatan.
"Kita harus mempersiapkan dengan cermat, jikalau nanti ada evakuasi kita harus mempunyai pola mitigasi yang aman dari penyebaran COVID-19. Kita harus mempunyai tempat evakuasi yang berbasis protokol kesehatan," katanya.