REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat memperkuat koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah kabupaten/kota di provinsi itu guna meningkatkan kesiapan sekaligus antisipasi bencana hidrometeorologi akibat fenomena La Nina.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta BPBD Provinsi Jabar dan BPBD kabupaten/kota mencari definisi, dampak, dan bagaimana merespons bencana hidrometeorologi karena La Nina.
"Jadi masyarakat sudah siap (saat fenomena La Nina). Terus tentunya karena ini tidak lazim, buat sejumlah skenario terburuknya seperti apa," kata Kang Emil saat memberi arahan kepada BPBD se-Jabar di Kabupaten Pangandaran, Sabtu (24/10).
"Jika La Nina berdampak di Jabar, antisipasi kita itu seperti apa. Misal mengungsi. Mengungsi ke mana, kapasitasnya berapa," katanya.
La Nina ini merupakan anomali suhu muka air laut, di mana suhu di laut akan lebih dingin sampai bisa minus satu derajat celcius atau lebih. Dampaknya, terjadi peningkatan curah hujan.
Kang Emil menginstruksikan BPBD se-Jabar untuk tidak memfokuskan pada respons ketika bencana terjadi, tetapi juga bagaimana mengantisipasinya. Hal itu bertujuan menekan potensi munculnya kerugian berupa harta maupun korban jiwa.
"Saat ini, BPBD hanya merespons apabila bencana terjadi. Tapi, antisipasi juga perlu mendapatkan perhatian. Agar potensi kerugian akibat bencana bisa ditekan," ucapnya.
Menurut Kang Emil, Pemda Provinsi Jabar pun menyiapkan cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana (resilience culture province).
Budaya Tangguh Bencana Jabar ini akan ditanamkan kepada seluruh warga melalui pendidikan sekolah sejak dini hingga pelatihan.
"Kita tidak boleh berprinsip ada api dipadamkan. Tapi juga menyiapkan langkah-langkah antisipatif," katanya.
"Tidak ada kata terlambat. Cetak cetak biru Jabar sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana (resilience culture province) bisa menjadi warisan buat anak cucu kita," tambahnya.