REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng Mohammad Faqih mengemukakan Indonesia akan menghadapi tantangan peningkatan beban prevalensi penyakit tidak menular di masa yang akan datang.
"Banyak hal yang bisa memicu peningkatan prevalensi penyakit tidak menular dan degeneratif lainnya akibat perubahan pola penyakit atau transisi epidemologi," katanya dalam orasi saat HUT Ke-70 IDI yang digelar secara daring oleh IDI Wilayah Jawa Tengah di kompleks Rumah Sakit Dr Kariadi Semarang, Sabtu (24/10).
Ia mencontohkan rendahnya kesadaran pola masyarakat untuk makan makanan bergizi hingga keterbatasan ruang terbuka untuk sarana olahraga.
Meningkatnya beban prevalensi penyakit tidak menular, lanjut dia, akan berdampak terhadap peningkatan beban pemerintah dan masyarakat yang akan memicu kemiskinan.
"Kondisi tersebut juga akan melahirkan beban ganda permasalahan gizi," katanya.
Ke depan, kata dia, dokter akan menghadapi tantangan yang semakin besar dan kompleks. Seluruh dokter memiliki tanggung jawab dan peran strategis dalam menyelesaikan berbagai persoalan kesehatan.
Di masa depan, kata dia, kebutuhan dokter akan semakin besar. "Butuh kehadiran tenaga dokter yang mau dan mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi ini," ujarnya.
Di masa pandemi Covid-19, lanjut dia, para dokter menyandang gelar sebagai pejuang kemanusiaan di garis depan. "Tugas mulia, bekerja dalam senyap untuk kemanusiaan," katanya.
Ia mengungkapkan banyak ucapan terima kasih yang ditujukan kepada para dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang tak kenal lelah menekan angka kematian akibat Covid-19. "Dokter bagai cahaya dalam gelap tubuh orang-orang yang sakit," ucapnya.