REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjajaki pemanfaatan aliran air di Selokan Mataram, yang selama ini untuk pengairan pertanian juga dapat digunakan untuk pangairan sektor perikanan. Adapun selokan sepanjang 38,2 kilometer tersebut membentang dari aliran Sungai Progo di Sleman barat hingga Sungai Opak di Sleman timur.
"Kami telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) terkait pemanfaatan Selokan Mataram untuk pertanian dan perikanan," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman, Harda Kiswaya di Kabupaten Sleman, Rabu (21/10).
Menurut dia, Pemkab Sleman akan terus melakukan koordinasi pemanfaatan saluran air Selokan Mataram ini yang awalnya untuk pertanian. "Jika nanti akan dimanfaatkan juga untuk perikanan, perlu ada sistem atau manajemennya. Jadi perlu kita diskusikan lebih dalam," katanya.
Harda mengatakan, terkait dengan adanya kebocoran aliran Selokan Mataram di Dusun Mayangan, Trihanggo, Gamping akibat dasar selokan ambles, saat ini sudah ditangani BBWSSO dengan baik. "Ke depan akan kami dalami terkait bagaimana langkah-langkah antisipasi agar tidak terjadi hal serupa (ambles) di titik-titik lainnya."
Dampak dari adanya kebocoran ada dua, yakni sektor perikanan dan pertanian. Perikanan meliputi 17 kelompok seluas 12,55 hektare berupa kolam ikan, dengan kerugian ditaksir sekitar Rp 64 juta. Kerugian itu berupa penjualan ikan yang belum sampai panen.
Sedangkan sektor pertanian meliputi 232 kelompok tani, dengan luas 3.350 hektare. BBWSSO menargetkan pembukaan saluran air Selokan Mataram pada Senin (26/10), setelah sebelumnya aliran ditutup untuk kepentingan perbaikan saluran yang ambles di Dusun Mayangan.
Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Pemanfaatan Air BBWSSO, Suyanto, menuturkan, sejak adanya masalah kebocoran saluran air di Selokan Mataram Dusun Mayangan, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, BBWSSO menutup saluran air Selokan Mataram untuk dilakukan perbaikan.
"Setelah adanya informasi dari masyarakat (ambles) pada hari Rabu pekan lalu, BBWSSO bersama Pemkab Sleman sepakat untuk turun bersama. Secara teknis selama empat hari sudah selesai, namun secara fungsi kita menindaklanjuti, menjamin kualitas dan fungsi konstruksi selama seminggu dari selesainya perbaikan," kata Suyanto.
Menurut dia, penyebab dari adanya permasalahan kebocoran saliran air Selokan Mataram di wilayah Dusun Mayangan ini juga masih terus didalami oleh BBWSSO dan Pemkab Sleman. Adanya kebocoran, sambung dia, juga berdampak cukup besar bagi para petani yang memanfaatkan saluran air tersebut untuk lahan pertaniannya.
"Maka dari itu, dalam rapat koordinasi BBWSSO dan Pemkab Sleman disepakati untuk melakukan pekerjaan di sejumlah titik jalur Selokan Mataram untuk mengantisipasi kejadian serupa," ucap Suyanto.
Dia mengatakan, Selokan Mataram selain dimanfaatkan oleh masyarakat di sektor pertanian, juga memiliki nilai sejarah. "Sehingga diharapkan Selokan Mataram tidak menjadi sumber masalah melainkan dapat bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya," ujar Suyanto.