Rabu 21 Oct 2020 05:14 WIB

Doni: Kasus Aktif Covid-19 Bulanan Turun 6,7 Persen

Menurut Doni, penurunan itu sebuah prestasi yang sangat luar biasa.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo
Foto: BNPB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo mencatat kasus aktif Covid-19 bulanan turun 6,7 persen. Penurunan itu dari 23,6 persen pada 20 September 2020 menjadi 16,93 persen pada 20 Oktober 2020.

"Itu sebuah prestasi yang sangat luar biasa," kata Doni Monardo dalam talkshow yang disiarkan televisi swasta di Jakarta, Selasa (20/10) malam.

Baca Juga

Selain kasus aktifnya turun, ia mengatakan, angka kesembuhan per 20 Oktober juga mencapai 79,61 persen. Angka itu meningkat 7 persen dibandingkan tingkat kesembuhan 72,5 persen pada 20 September 2020. 

Hal itu juga dinilai sebagai sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi upaya pemerintah untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Total warga Indonesia yang telah sembuh sudah mencapai 293.653 orang. 

Namun, ia mengakui, angka kematian masih di atas angka global, yaitu mencapai 3,45 persen. Sementara angka global adalah 2,85 persen.

Kendati demikian, ia menekankan, pada awal kasus angka kematian Indonesia mendekati 9,8 persen. "Alhamdulillah hari ini telah turun sangat pesat sekali dan mudah-mudahan para dokter kita semakin terampil, semakin terlatih, semakin memiliki pengetahuan yang cukup sehingga bisa menyembuhkan pasien dengan lebih baik lagi," kata Doni.

Menurut data yang ia peroleh, pasien dalam kondisi gejala ringan memiliki risiko kematiannol persen, sedangkan yang sembuh 100 persen. Namun ketika gejala menjadi sedang, risiko kematian mencapai 2,6 persen.

Kemudian ketika gejala meningkat menjadi berat risiko kematiannya juga meningkat hingga mencapai 6 sampai 7 persen. Saat kondisi kritis, pasien tersebut berisiko meninggal hingga mencapai 67,5 persen.

"Artinya apa? Kalau kita semua bisa mengetahui gejala lebih awal dan ada intervensi dari semua pihak, pimpinan di daerah, termasuk para kepala Puskesmas untuk mengingatkan masyarakat agar bersedia dilakukan isolasi mandiri, maka kita bisa memantau mereka yang sakit, mereka yang tanpa gejala untuk bisa disembuhkan," ujar dia.

Untuk lebih baik mengendalikan pandemi Covid-19, ia mengatakan, Presiden Joko Widodo meminta kepada Satgas Penanganan Covid-19 untuk meningkatkan kemampuan 3 T, yaitu testing atau pemeriksaan, tracing atau penelusuran, dan treatment atau pengobatan. Saat ini, Doni mengatakan saat ini tingkat pemeriksaan untuk kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 82 persen dari yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO. 

Ia menekankan tingkat pemeriksaan di Indonesia masih lebih baik dibandingkan beberapa negara lain dalam hal pemeriksaan harian. Namun, ia mengakui pemerataan pemeriksaan tersebut belum dilakukan secara merata di semua wilayah Indonesia. 

Masih ada provinsi dengan tingkat kemampuan yang sangat tinggi, tetapi ada juga beberapa provinsi lainnya yang masih jauh di bawah standar. Sementara itu, untuk tingkat tracing atau penelusuran, Satgas Covid-19 juga telah berupaya melakukan peningkatan dengan cara memperbesar kemampuan petugas di Puskesmas sehingga orang-orang yang memiliki kontak erat dengan pasien Covid-19 bisa langsung dilakukan pemeriksaan.

Demikian halnya dengan upaya pengobatan yang terus menerus ditingkatkan. Pemerintah tidak cukup hanya menyiapkan rumah sakit lapangan, termasuk rumah sakit darurat COVID-19 yang telah tersedia, tetapi juga menyiapkan sejumlah fasilitas hotel untuk orang-orang yang diketahui positif COVID-19, namun tanpa gejala.

"Ini semua demi memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh masyarakat Indonesia," demikian kata Doni Monardo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement