REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Penyebab keracunan massal yang terjadi di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, masih belum juga bisa dipastikan hingga Senin (19/10). Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya masih menunggu hasil uji laboratorium sampel makanan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, hingga saat ini hasil uji laboratorium dari sampel makanan belum juga dikirim oleh Labkesda Provinsi Jawa Barat. Padahal, sampel makanan itu telah dikirimkan lebih dari sepekan lalu. "Kita sedang menunggu hasil lab dari Labkesda Provinsi. Dijadwalkan pekan lalu, tapi ada penundaan. Mudah-mudahan dalam dua atau tiga hari ke depan ada hasilnya," kata dia, Senin (19/10).
Menurut dia, hasil uji laboratorium itu sangat penting untuk melakukan penanganan ke depan pascakeracunan massal yang mengakibatkan ratusan orang terdampak. Tanpa adanya kepastian penyebab keracunan, penanganan tak dapat dilakukan secara maksimal.
Uus menjelaskan, berdasarkan hasil pemeriksaan pasien keracunan massal, pada fesesnya didapatkan bakteri amuba yang jumlahnya melebihi nornal. Sementara dari sisi kesehatan lingkungan, dari sampel air sumur yang diambil, didapatkan beberapa kuman dan bakteri e-coli yang bisa menyebabkan diare jika dikonsumsi.
"Kita masih kaji korelasi kesehatan lingkungan dan kasus keracunan yang terjadi. Karenanya harus dipastikan dulu penyebab keracunannya," kata dia.
Keracunan massal yang terjadi di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, berawal dari acara ulang tahun anak salah satu warga pada Rabu (7/10). Dari acara itu, warga dibagikan makanan oleh warga yang menggelar acara. Pada malam harinya, warga yang mengonsumsi makanan itu mulai mengalami gejala keracunan. Baru pada Kamis (8/10), korban mulai berdatangan ke sejumlah puskesmas.
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya hingga Sabtu (17/10) mencatat, total korban akibat keracunan massal itu berjumlah 215 orang. Sebanyak 213 orang telah dinyatakan sembuh dan dua orang masih dirawat di RSUD dr Soekardjo.
Namun, Uus mengatakan, saat ini seluruh korban keracunan massal telah sembuh. "Alhamdulillah untuk keracunan sudah tidak ada yang dirawat," kata dia.