REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG --Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) Prof. Dr. Soeharso Surakarta sebagai UPT Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial-Kementerian Sosial menyelenggarakan Asesmen Komprehensif. Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensei) ini diterpkan kepada penyandang disabilitas di Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan Atensi diselenggarakan selama 4 hari dimulai tanggal 13-16 Oktober 2020, dengan peserta asesmen penyandang disabilitas sejumlah 135 orang.
Adapun wilayah asessmen ini mencakup Desa Tulungrejo Kecamatan Besuki dengan jumlah 14 penyandang disabilitas, Desa Waung Kecamatan Boyolangu, 70 penyandang disabilitas dan di Desa Plandaan Kecamatan Kedungwaru, 51 penyandang disabilitas.
"Atensi menghadirkan berbagai profesi di BBRSPDF Prof.Dr.Soeharso dan untuk profesi yang tidak ada di Balai Besar kami bekerjasama dengan Politeknik Kesehatan dari Surakarta," kata Kepala Dinas Sosial Kabupaten Tulungagung, Tutik Nurning selaku koordinator wilayah, Sabtu (17/10).
Adapun profesi atau disiplin ilmu yang terlibat adalah pekerja sosial. Mereka bertugas menggali data melalui aspek sosialnya. Kemudian, kata dia, psikolog menggali data dari aspek perilaku dan aspek psiko sosial, lali profesi fisioterapis menggali aspek untuk mengembangkan, memelihara otot gerak dan memulihkan fungsi tubuh.
"Selsnjutnya terapis disabilitas rungu wicara menggali tentang bicara bahasa, suara dan kelainan irama, profesi penyuluh sosial memberikan sosialisasi tentang ATENSI kepada penyandang disabilitas, orang tua penyandang disabilitas, tokoh masyarakat dan perangkat desa," kata dia.
Tutik menyampaikan, kegiatan asessmen adalah suatu proses pencandraan secara komprehensif untuk menggali permasalahan penyandang disabilitas di wilayah tersebut. "Yang selanjutnya akan dijadwalkan tindak lanjuti berupa kegiatan Intervensi pada tahap berikutnya," kata dia.
Ia mengungkapkan, setelah melakukan asesmen selama tiga hari di Kabupaten Tulungagung kepada 135 penyandang disabilitas ada kesimpulan yang diambil. Menurut dia, perlu penguatan ekonomi keluarga dengan ragam pelatihan. Perlu juga, kata Tutik, didirikan rumah latih sebagai sarana bertemunya orang tua penyandang disabilitas untuk memberikan intervensi asistensi rehabilitasi sosial.
"Kemudian bagi anak dengan disabilitas dan beberapa penyandang disabilitas masih memerlukan alat bantu mobilitas, prothese dan orthose yang sesuai dengan kondisi fisik disabilitasnya," ujar dia.