REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pembayaran uang kerahiman untuk pembebasan bidang tanah yang terdampak pembangunan proyek double track atau jalur ganda jurusan Bogor-Sukabumi di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, hingga kini, belum rampung. Camat Bogor Selatan, Hidayatulloh, mengatakan, masih ada warga Kelurahan Batutulis dan Empang yang belum menerima uang kerahiman dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Batutulis baru 151 dari 300-an (lahan), lalu empang 802 bidang dan baru 60 yang dibebaskan. Jadi kita usulkan ini agar bisa diakselerasi tahun ini," kata Hidayatulloh ketika ditemui di Taman Ekspresi, Kecamatan Bogor Tengah, beberapa waktu lalu.
Selain itu, Hidayatulloh juga membahas soal wacana perubahan trase pembangunan jalur ganda di sekitar Istana Batutulis yang dilakukan Kemenhub. Menurut dia, keberadaan Istana Batutulis yang merupakan bagian dari warisan sejarah Kota Bogor tidak boleh diganggu gugat. "Sampai hari ini belum ada komunikasi dengan kami. Tapi yang jelas kita bakal monitor dan koodinasi terkait trase itu," jelas Hidayatulloh.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pembangunan rute jalur ganda Bogor-Sukabumi sepanjang 57 kilometer, David Sudjito menjelaskan, masih ada 1.169 bidang tanah yang berada di Kelurahan Empang dan Batutulis hingga kini belum dibayarkan. Pembebasan lahan sekaligus pembayaran uang kerahiman yang sedianya diselesaikan pada tahun ini, harus diundur menjadi pada 2021.
Pasalnya, datangnya pandemi Covid-19 membuat mata anggaran pembangunan jalur kereta harus ditiadakan sementara. "Untuk pembayaran di 2020 ini digeser dulu untuk penanganan Covid-19, tapi dianggarkan lagi tahun depan sebanyak Rp 26 miliar," ujar David.
Menurut David, dana yang diberikan kepada masyarakat yang tinggal di sisi jalur kereta itu adalah pengganti uang pembongkaran, sewa rumah selama setahun, dan mobilisasi barang ke tempat tinggal baru. Jika status rumah dijadikan tempat usaha, sambung dia, pemiliknya juga mendapatkan biaya kehilangan pendapatan. Langkah itu dilakukan agar muncul rasa keadilan di masyarakat.
Sementara bagi warga yang sudah mendapatkan kompensasi, David menjelaskan, mereka sudah harus mengosongkan tempat tinggal yang terletak di sepanjang jalur kereta Bogor-Sukabumi. Dia mengatakan, masyarakat juga dipersilakan membawa bahan material yang sekiranya masih bisa dipakai atau dijual untuk mendapatkan tambahan penghasilan.
"Intinya kami akan menyelesaikan pembayaran ini secara bertahap. Mudah-mudahan tahun depan selesai semua," ujar David.
Dalam pembangunan jalur ganda Bogor-Sukabumi, baik Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor maupun Balai Besar Kereta Api Jawa Barat Kemenhub berusaha meminimalisasi dampak sosial terhadap masyarakat. Termasuk dengan Istana Batutulis yang sebelumnya sempat diwacanakan dibongkar, tidak jadi dilakukan karena rute kereta yang bisa digeser.
“Istana nggak. Istana Batu Tulis kita coba alternatif-alternatif lain,” kata Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Barat, Erni Basri usai rapat dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pada pekan lalu.
Erni menjelaskan, rute eksisting rel saat ini memang berdekatan dengan dinding pembatas Istana Batutulis. Ketika dibangun menjadi jalur ganda, tentu membutuhkan lahan baru supaya proyek tidak terhadap. Hanya saja, pihaknya perlu melihat secara detail proyek yang sudah dikonstruksikan itu supaya tidak sampai mengganggu bangunan bersejarah.
“Kita akan selesaikan, mudah-mudahan tepat waktu. Kalaupun geser-geser sedikit gitu, tapi memang kita harus concern terhadap heritage. Di mana saja itu nomor satu kalau heritage,” ujarnya.
Integrasi
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, mengatakan, pembangunan jalur ganda Bogor-Sukabumi yang memasuki Kota Bogor membuat fungsi dua stasiun berubah. Jika selama ini, penumpang harus naik dari Stasiun Paledang jika ingin ke Sukabumi, nantinya bisa langsung naik dari Stasiun Bogor. Alhasil, penumpang KRL Commuter Line dari Jakarta atau Depok bisa langsung berpindah moda tanpa perlu keluar stasiun jika ingin meneruskan perjalanan ke Sukabumi.
"Pertama, fungsi dari Stasiun Bogor yang selama ini jalur Bogor-Sukabumi itu memakai Stasiun Paledang. Ke depan, rencananya diintegrasikan. Tidak lagi memakai Stasiun Paledang saja," kata Dedie. Meski begitu, kata dia, fungsi Stasiun Paledang juga tetap aktif sebagai tempat naik turun penumpang.