REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Pertanian Kabupaten Garut mencatat, sebanyak 625 hektare lahan sawah gagal panen (puso) akibat bencana banjir bandang yang terjadi pada Senin (12/10). Lahan pertanian itu tersebar di empat kecamatan, yaitu Pameungpeuk, Cisompet, Cibalong, dan Cikelet.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Beni Yoga mengatakan, lahan pertanian paling banyak terdampak berada di Kecamatan Pameungpeuk, yang merupakan wilayah paling parah terdampak banjir bandang. Menurut dia, lahan sawah yang terdampak rata-rata berusia 70-90 hari. "Itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi," kata dia, Kamis (15/10).
Menurut dia, akibat ratusan hektare lahan sawah yang puso diperkirakan kerugian akan mencapai Rp 1,8 miliar. Sebab, rata-rata setial hektare lahan sawah di wilayah itu dapat produksi hingga 5 ton. Artinya, lebih dari kegagalan produksi akan mencapai lebih dari 3.000 ton.
Kendati demikian, Beni memastikan, kegagalan panen itu tak akan mengganggu kebutuhan pangan warga Kabupaten Garut. Sebab, ia menilai, wilayah selatan Kabupaten Garut bukanlah daerah lumbung padi.
"Karena bukan daerah lumbung. Produksi kita yang paling besar itu dari wilayah tengah dan utara," kata dia.
Ihwal penanganannya, Beni mengatakan, saat ini pihaknya akan fokus melakukan perbaikan saluran irigasi dan sawah yang rusak. Setelah itu, pihaknya juga akan membantu benih untuk para petani yang terdampak bencana. "Ini data terus berjalan. Kita masih terus kumpulkan data," kata dia.
Sebelumnya, banjir bandang di Kabupaten Garut pada Senin melanda tiga kecamatan, yaitu Pameungpeuk, Cibalong, dan Cikelet. Sementara di Kecamatan Cisompet terjadi tanah longsor di beberapa titik.