REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur mencatat nilai ekspor September 2020 mencapai 1,60 miliar dolar AS, atau naik 11,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai ekspor September juga mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan, jika dibandingkan Agustus 2020, ekspor sektor nonmigas Jatim pada September 2020 mengalami peningkatan sebesar 11,49 persen. Yaitu dari 1,37 miliar dolar AS menjadi 1,53 miliar dolar AS. Nilai ekspor sektor nonmigas tersebut menyumbang sebesar 95,68 persen dari total ekspor Jatim. "Namun, dibandingkan September 2019, nilai ekspor sektor nonmigas justru mengalami penurunan sebesar 0,32 persen," kata Dadang saat menggelar konferensi pers secara virtual, Kamis (15/10).
Sedangkan nilai ekspor sektor migas Jatim pada September 2020 mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yaitu dari 66,19 juta dolar AS menjadi 66,89 juta dolar AS. Namun demikian, peranan ekspor sektor migas hanya menyumbang 4,32 persen dari total ekspor Jawa Timur. Dibandingkan September 2019 nilai ekspor migas juga meningkat 13,49 persen.
Dadang menjelaskan, golongan barang Tembaga (HS 74) menjadi komoditas ekspor nonmigas utama Jawa Timur dengan nilai transaksi sebesar 149,74 juta dolar AS. Nilai tersebut naik 21,41 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 123,33 juta dolar AS. Golongan komoditas Tembaga berkontribusi sebesar 9,80 persen pada total ekspor nonmigas Jawa Timur."Golongan komoditas ini paling banyak diekspor ke Tiongkok dengan nilai 63,31 juta dolar AS," kata Dadang.
Jika dilihat menurut negara tujuan, Jepang adalah negara tujuan utama ekspor nonmigas Jawa Timur pada September 2020. Disusul kemudian ke Tiongkok dan Amerika Serikat. Ekspor nonmigas Jawa Timur ke Jepang mencapai 248,84 juta dolar AS. Sedangkan ekspor ke Tiongkok dan Amerika Serikat berturut-turut sebesar 247,83 juta dolar AS dan 227,63 juta dolar AS.
Namun demikian, impor Jawa Timur pada September 2020 juga mengalami kenaikan sebesar 11,11 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yaitu dari 1,57 miliar dolar AS menjadi 1,75 miliar dolar AS. Impor migas Jatim pada September 202 mengalami peningkatan sebesar 40,19 persen. Yaitu dari 226,94 juta dolar AS menjadi 318,15 juta dolar AS.
"Impor migas menyumbang 18,19 persen dari total impor Jawa Timur pada September 2020. Nilai impor migas ini justru mengalami penurunan sebesar 16,87 persen bila dibandingkan dengan bulan September 2019," ujar Dadang.
Begitupun nilai impor nonmigas yang juga mengalami peningkatan sebesar 6,21persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yaitu dari 1,35 miliar dolar AS menjadi 1,43 miliar dolar AS. Impor nonmigas menyumbang 81,81 persen dari total impor Jatim pada September 2020. Dibandingkan September 2019, nilai impor nonmigas justru mengalami penurunan sebesar 7,57 persen.
Golongan barang Mesin-mesin/ Pesawat mekanik (HS 84) merupakan komoditas utama impor Jawa Timur pada September 2020, dengan nilai transaksi sebesar 175,56 juta dolar AS. Naik sebesar 5,97 persen dari bulan sebelumnya yang hanya 165,67 juta dolar AS. Kelompok barang ini mempunyai peranan 12,27 persen dari total impor nonmigas Jawa Timur yang utamanya diimpor dari Tiongkok sebesar 64,48 juta dolar AS.
Jika dilihat menurut negara asal barang impor nonmigas, Tiongkok tercatat sebagai negara utama selama September 2020, dengan peranan sebesar 29,22 persen. Disusul berikutnya dari Brazil dan Amerika Serikat yang memberikan kontribusi sebesar 6,24 persen dan 5,88 persen. Nilai impor nonmigas dari Tiongkok pada September 2020 sebesar 418,08 juta dolar AS. Kemudian nilai impor nonmigas dari Brazil sebesar 89,26 juta dolar AS, dan Amerika Serikat sebesar 84,10 juta dolar AS.
Dadang melanjutkan, Secara kumulatif, selama Januari-September 2020, neraca perdagangan Jawa Timur masih mengalami defisit sebesar 476,75 juta dolar AS. Ekspor-impor di sektor nonmigas Jatim sebenarnya surplus sebesar 1.397,11 juta dolar AS. Akan tetapi selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru mengalami defisit sebesar 1.873,85 juta dolar AS.