REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Pergerakan kelompok-kelompok gajah di kantong habitat Balai Raja, Giam Siak Kecil, dan Petapahan di Provinsi Riau bakal dapat dipantau secara langsung melalui satelit. Sistem navigasi berbasis satelit melalui pemasangan kalung GPS dan kamera jebak (camera trap) yang diberikan oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Senior VP Corporate Affairs PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) Wahyu Budiarto mengatakan bantuan sistem navigasi berbasis satelit itu berupa tiga GPS Collar dan 18 kamera jebak yang diserahkan kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, Selasa (13/10). "Dengan mengalungkan alat tersebut, pergerakan kawanan gajah dapat dipantau melalui satelit sehingga potensi konflik dengan manusia dapat dimitigasi secara dini," kata Wahyu melalui pernyataan yang diterima di Pekanbaru, Rabu (14/10).
Dia mengatakan terobosan ini diharapkan mampu mengurangi kerentanan hidup Gajah Sumatra dan satwa liar lainnya akibat konflik maupun perburuan manusia. Bantuan peralatan ini merupakan bagian dari kerja sama multipihak antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, PT CPI, dan Perkumpulan Gajah Indonesia (PGI) dalam upaya penyelamatan Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus).
"Kerja sama penyelamatan Gajah Sumatra ini selaras dengan salah satu nilai perusahaan kami, yakni Melindungi Manusia dan Lingkungan," kata Wahyu Budiarto.
Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengharapkan kerja sama multipihak ini dapat menjadi model konservasi Gajah Sumatra di daerah lainnya. Upaya konservasi seperti ini harus menjadi gerakan bersama, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah.
"Bantuan GPS Collar dan camera trap ini adalah bentuk kepedulian dari berbagai pihak termasuk private sector (sektor swasta) tentang keselamatan satwa liar kebanggaan kita," tutur Wiratno.
Ketua PGI Donny Gunaryadi mengatakan kantong habitat gajah di Balai Raja, Giam Siak Kecil, dan Petapahan adalah kantong habitat yang penting karena memiliki jumlah gajah yang banyak dan pergerakannya yang cukup jauh. "Diharapkan dengan pemasangan GPS Collar ini dapat membantu untuk menangani konflik tersebut dengan lebih baik," katanya.
Kegiatan pemasangan ketiga GPS Collar tersebut direncanakan pada akhir Oktober 2020. GPS Collar akan dikalungkan di leher gajah dewasa dominan di kelompoknya. Pergerakan kelompok gajah akan terpantau setiap harinya. Data pergerakan gajah, selain digunakan sebagai alat deteksi dini, juga dapat dianalisis sebagai dasar perencanaan konservasi gajah di masa mendatang.
Untuk camera trap, sebagian dipasang di area perlintasan gajah dan sebagian lainnya dapat dimanfaatkan untuk mendukung program pelestarian satwa-satwa liar di Riau, seperti harimau, macan dahan, beruang, dan lain-lain. Sebagai pelaksana program, PGI juga menggandeng Rimba Satwa Foundation (RSF) sebagai mitra konservasi di tingkat lokal.