REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--BMKG telah memberikan peringatan terkait adanya perkiraan fenomena la nina dalam musim penghujan akhir 2020 hingga awal 2021 mendatang. Karena, la nina menyebabkan intensitas hujan lebih lebat atau tinggi daripada tahun lalu.
Menurut Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdan, daerah-daerah yang memiliki kerawanan pergerakan tanah maupun memiliki kerawanan banjirpun mendapat atensi berlebih mulai dari mitigasi maupun kesiapan logistiknya.
BPBD Jabar, telah menandai kota/kabupaten yang perlu mendapatkan kewaspadaan ekstra. Dani menjalaskan daerah yang harus ekstra waspada tersebut ada sekitar 10 daerah. Yakni di wilayah Bogor Sukabumi. Lalu, ke wilayah selatan ada Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan Pangandaran yang harus menjadi perhatian.
Kemudian, kata dia, di utara daerah Karawang, Subang karena punya muara Sungai Citarum. Termasuk Bekasi dengan potensi sungai Bekasi itu akan berdampak juga. "Kemudian ya Bandung Raya di khususnya Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung dan Kota Bandung," katanya.
Menurutnya, kesiapsiagaan memasuki musim penghujan seperti saat ini dilakukan oleh BPBD Jabar. BMKG memprakirakan Indonesia pada umumnya masuk dalam fenomena La Nina. Sebagian akan mulai masuk musim hujan Oktober-November ini kemudian nanti puncaknya di Januari Februari lalu mulai turunnya di Maret-April 2020.
"Nah la nina ini fenomenanya adalah intensitas hujannya tinggi jadi nanti akhir tahun sampai Januari, Februari akan sangat lebat hujan dan biasanya kalau di kita hujan lebat itu berimplikasi pada longsor dan banjir atau bencana hidrometeorologi," paparnya.
Dengan adanya La Nina, potensi kebencanaan memang lebih tinggi daripada tahun lalu. Tapi, ia berharap dengan kewaspadaan yang meningkat ini, sisi dampak bisa dikurangi. Karena sebenarnya dampak dari suatu bencana itu bukan hanya potensi tapi yang paling penting adalah kesiapan kita menghadapi.
"Kalau mitigasi bisa kita lakukan dari sekarang mungkin dampak bisa kita eliminir," kata Dani.
Menurut Dani, bagi kota/kabupaten yang memiliki kerawanan yang tinggi, pihaknya menyiapkan mitigasi dan juga logistik. Untuk logistik, BPBD sudah rutin dalam setahun dua sampai tiga kali memperkuat kota/kabupaten. Kemarin menjelang kekeringan kemudian menjelang musim hujan pun, di dorong. "Jadi logistik kita itu provinsi 80 persennya ada di 27 kota/kabupaten didistribusikan. Nah 20 persen kalau ada kabupaten yang ternyata habis, kita berikan dukungan lagi ke sana," katanya.
Selain logistik, edukasi kebencanaan melalui mitigasi bencana juga dilakukan. Hal itu tentunya dengan menggaet pemerintah kita kabupaten terkait dan juga relawan. "Jawa Barat itu luasnya sama dengan Jawa Timur tapi kota kabupaten yang jauh lebih sedikit jadi memang kalau hanya mengandalkan BPBD tidak tercover," katanya.
Karena itu, program pertama yang dimiliki Jabar adalah Desa Tangguh Bencana. Yakni, setiap desa itu dilatih selain perangkat desa juga Relawan Tangguh Bencana. "Demikian juga Tagana punya relawan ada Kampung Siaga Bencana nah polanya berjenjang,"katanya.