REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO - Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar)Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, memastikan setiap objek wisata telah melaksanakan protokol kesehatan sehingga kerumunan wisatawan dapat dihindarkan.
"Seluruh objek wisata yang sudah buka khususnya yang kami kelola telah menerapkan protokol kesehatan termasuk dengan menerapkan transaksi nontunai, sehingga kerumunan wisatawan dapat dihindarkan," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Kabupaten Banyumas Wakhyono di Purwokerto,Kabupaten Banyumas, Jateng, Senin.
Ia mengakui jika sebagian besar objek wisata di Kabupaten Banyumas khususnya yang dikelola Dinporabudpar merupakan objek wisata alam sehingga rentan terjadi kerumunan terutama ketika turun hujan.
Akan tetapi, kata dia, pihaknya sudah mengantisipasinya dengan menyiapkan protokol kesehatan di setiap lokasi yang dijadikan tempat berteduh bagi wisatawan ketika terjadi hujan. Dalam hal ini, lanjut dia, tempat-tempat untuk berteduh tersebut telah diatur sedemikian rupa sehingga wisatawan dapat saling menjaga jarak, mengenakan masker dan mencuci tangan dengan sabun.
"Apalagi, hingga saat ini jumlah kunjungannya masih dibatasi, misalnya di Lokawisata Baturraden hanya 40 persen dari kapasitas normal, sehingga dengan luas area yang 16,85 hektare masing sangat longgar. Dengan demikian, untuk jadi kerumunan, saya kira masih dapat dikendalikan," katanya.
Ia meyakini dengan jumlah pengunjung yang dibatasi tidak akan terjadi kerumunan wisatawan di tempat berteduh ketika turun hujan.
Selain memasang papan peringatan dan penyampaian informasi melalui pengeras suara setiap 10 menit sekali, kata dia, Satgas COVID-19 internal juga selalu berkeliling untuk mengingatkan wisatawan agar senantiasa menjaga jarak, memakai masker, serta sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir di tempat-tempat yang telah disediakan.
Lebih lanjut, Wakhyono mengakui pihaknya sempat menyiapkan paket wisata virtual namun hal itu tidak berjalan lama seiring dengan telah dibuka objek wisata di Banyumas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
"Namun, setelah objek wisata dibuka, kami tidak melakukan itu (paket wisata virtual). Apalagi wisatawan lebih memilih untuk berkunjung secara langsung meskipun dengan pembatasan jumlah pengunjung," katanya.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya wahana baru di objek wisata yang dikelola Dinporabudpar, dia mengatakan pihaknya hingga saat ini belum berencana untuk melakukan penambahan wahana baru karena saat sekarang sedang fokus dalam pengembangan desa wisata.
Ia mengakui sebenarnya jumlah desa yang memiliki daya tarik cukup banyak, namun belum tentu menjadi desa wisata, karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi seperti kelembagaan, perencanaan, dan sebagainya.
"Oleh karena itu, banyak daya tarik yang belum ditetapkan menjadi desa wisata karena belum memenuhi syarat," tegasnya.
Ia mengatakan selama 2020, pihaknya telah menetapkan 15 desa wisata dengan klasifikasi maju sebanyak satu desa wisata, berkembang sebanyak tujuh desa wisata, dan sisanya masih rintisan.
Terkait dengan harapan wisatawan terhadap wahana atau objek wisata baru, dia mengatakan hal itu disebabkan wisata baru memiliki spesifikasi yang mungkin berbeda dengan objek wisata yang pernah mereka kunjungi.
"Banyumas kan kebanyakan wisata alam, tetapi di desa wisata ada kekhasan atau kearifan lokal yang ditonjolkan sehingga hal itu menjadi daya tarik tersendiri," jelasnya.
Dalam hal ini, dia mencontohkan wisata edukasi di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, yang mengedukasi wisatawan tentang cara memerah susu sapi hingga mengolahnya menjadi berbagai produk.