REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kota Bekasi, Jawa Barat kembali mengalami deflasi sebesar 0,03 persen pada September 2020. Meski masih menjadi kota dengan deflasi terendah se-Jawa Barat, angka deflasi Kota Bekasi semakin dalam dibanding dua bulan sebelumnya yakni 0,01 persen.
Adapun, dari sebelas kelompok pengeluaran, ada tiga kelompok yang menyumbang deflasi terbanyak yakni makanan, minuman, dan tembakau, yang nilainya 0,78 persen. Lalu, diikuti oleh kelompok peralatan pribadi dan jasa lainnya yakni 0,32 persen. Selain itu, transportasi juga menyumbangkan deflasi sebesar 0,01 persen untuk kota ini.
"Daya beli turun karena permintaannya turun," kata Kepala Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Ahmad Saleh, kepada Republika.co.id, Senin (12/10).
Selain tiga kelompok yang mengalami penurunan daya beli, ada tiga kelompok pengeluaran yang menyumbangkan kenaikan daya beli atau inflasi di antaranya perumahan, air, listrik dan bahan bakar yang menyumbang 0,65 persen.
Selanjutnya, ada kelompok pengeluaran seperti perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga yang inflasi sebesar 0,11 persen serta penyediaan makanan dan minuman mengalami inflasi sebesar 0,09 persen.
Ada pula kelompok pengeluaran yang stagnan alias tak mengalami perubahan daya beli. Di antaranya pakaian dan alas kaki, kesehatan, informasi, komunikasi dan jasa keuangan, rekreasi, olahraga dan budaya serta pendidikan.
Dengan angka deflasi 0,03 persen, tingkat inflasi tahun kalender (year to date) September 2020 sebesar 1,77 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2020 terhadap September 2019/ year on year) sebesar 2,33 persen.