REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sosok Dzakira Azizy Naqiya sekilas tak ubahnya anak kecil pemalu, yang kerap bersembunyi di belakang ibunya. Rambutnya hitam dan ikal panjang sebahu. Kulitnya warna sawo matang, dan hidungnya tak pula mancung, sangat khas eksotisnya orang Indonesia. Namun, mata anak berusia enam tahun itu sungguh istimewa, karena warnanya biru seperti orang Eropa.
Zizy, begitu ia akrab disapa, punya sepasang mata biru tanpa perlu menggunakan lensa kontak artifisial seperti para artis zaman sekarang. Kilau mata birunya seperti langit cerah, makin berkilat ketika terkena pantulan cahaya, dan dihiasi alis yang menyatu ke arah hidungnya.
Anak perempuan ini kini ramai di jagad maya karena videonya tersebar atau viral, karena punya mata biru dan dianggap fenomena langka. Padahal, Zizy adalah orang Indonesia, anak semata wayang dari pasangan suami istri Zulbahri dan Ermi Julita, di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.
Mereka bukan keluarga “bule” ningrat, dan ayah Zizy sehari-hari bekerja sebagai sopir pengantar galon air minum isi ulang. “Sepengetahuan saya, kami ini masih asli lokal Indonesia. Mata biru ini turunan dari kakeknya,” kata Zulbahri di Pekanbaru, Selasa (6/10).
Pria berusia 48 tahun ini juga punya mata biru, namun karena faktor usia warnanya agak memudar. Ia mengatakan tidak ada penjelasan sahih bagaimana mereka bisa mendapatkan mata yang tidak biasa untuk orang Asia Tenggara itu. Namun, Zulbahri berkisah ada faktor keturunan dari keluarga ayahnya di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatra Barat.
“Ayah saya juga matanya biru, dan katanya kakek saya juga matanya biru. Tapi saya gak pernah nanya dari mana asalnya karena namanya juga orang kampung, kurang terbuka. Di kampung saya (Bukittinggi) cuma keluarga kami yang mata biru,” katanya.
Zulbahri punya kakak perempuan yang juga bermata biru, namun tidak ada saudara sepupunya yang seperti mereka. Anak-anak dari kakaknya juga tidak. Mata biru muncul lagi di keluarganya ketika Zizy lahir pada 13 Maret 2013.
“Dia adalah anak yang sangat kami nantikan, kami menunggu tujuh tahun,” ujar Zulbahri menceritakan anak satu-satunya itu.
Meski warna mata berbeda dari orang Indonesia pada umumnya, ia mengatakan tidak pernah mengeluhkan sakit pada matanya. Penglihatan ayahnya tetap bagus hingga tutup usia pada umur 70 tahun, begitu juga kakak perempuannya yang sampai kini tak pakai kacamata. “Pandangan anak saya juga bagus, bisa digunakan bermain dan membaca,” katanya.
Ermi Julita, ibunda Zizy mengaku terkejut saat pertama melihat anak yang lama dinanti itu seperti orang bule Eropa. Apalagi, ia baru menyadarinya ketika Zizy sudah berumur sekitar satu bulan. Anaknya itu lahir melalui proses operasi sesar di rumah sakit di Pekanbaru.
Ia mengatakan saat bayi Zizy lebih sering tidur, sehingga matanya yang indah tidak terlihat. “Pas lahir perawat dan dokter tidak terlalu perhatikan matanya Saya pun baru nengok matanya biru ketika Zizy sudah sebulan di rumah, waktu ayahnya bilang anak kami matanya biru,” kata Ermi.
Ia mengatakan Zizy punya sifat pemalu, terutama saat bertemu dengan orang baru untuk pertama kali. Ia menilai anaknya sangat sensitif kalau ada orang yang membahas tentang matanya yang berbeda dari anak lainnya. Sebabnya, ada juga kawan Zizy yang takut melihatnya. “Kawan-kawannya sudah ada yang terbiasa melihatnya, tapi ada juga kawannya yang bilang takut melihat matanya,” ucap Ermi.
Bukan Sindrom Waardenburg
“Tambah cantik anaknya, Pak! Kulit hitam manis, rambut ikal dan mata biru,” kata dokter spesialis mata Nofri Suriadi setelah melihat foto-foto Zizy bermata biru, yang dikirim wartawan Antara di Pekanbaru.