Senin 05 Oct 2020 13:21 WIB

Ciayumajakuning Masuki Pancaroba, Bencana Mulai Terjadi

Di masa pancaroba perlu diwaspadai cuaca ekstrem hujan lebat disertai angin kencang.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Kabupaten Kuningan (ilustrasi).
Foto: bpbd.kuningankab.go.id
Pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Kabupaten Kuningan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Sejumlah daerah di Wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) mulai memasuki masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Sejumlah bencana pun mulai terjadi yang diawali dengan hujan lebat.

Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geologi (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, masa pancaroba sudah mulai terjadi pada Oktober dasarian I (tanggal 1 – 10). Hal itu untuk wilayah Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka selatan.

Sedangkan untuk wilayah lain di Ciayumajakuning, masa pancaroba dimulai pada Oktober dasarian II (tanggal 11 - 20).

"Di masa pancaroba, perlu diwaspadai kondisi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang, puting beliung dan petir," kata Faiz kepada Republika, Senin (5/10).

Faiz mengungkapkan, kondisi itu bisa menimbulkan dampak terjadinya bencana. Seperti banjir, tanah longsor, gerakan tanah, pohon/baliho tumbang maupun lainnya.

Bencana berupa tanah longsor dan gerakan tanah bahkan sudah melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Kuningan, Sabtu (3/10) dan Ahad (4/10). Bencana itu terjadi setelah hujan lebat yang melanda wilayah tersebut.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Indra Bayu, menyebutkan, dalam dua hari terakhir, yakni Sabtu (3/10) dan Ahad (4/10), terjadi bencana longsor maupun gerakan tanah di lima lokasi berbeda.

"Tidak ada korban jiwa dalam bencana di lima lokasi tersebut," ujar Indra kepada Republika, Ahad (4/10).

Adapun lima lokasi itu, yakni Dusun Cirahayu RT 40 RW 11 Desa/Kecamatan Subang. Di lokasi itu terjadi bencana tanah longsor pada Sabtu (3/10) pukul 23.00 WIB.

Di dusun tersebut, longsoran terjadi sepanjang 25 meter, tinggi lima meter dan lebar enam meter. Bencana itu mengancam satu unit rumah warga atas nama Toyidin (68).

Lokasi bencana lainnya yaitu di  Dusun Manis RT 4 RW 2 Desa Mandapajaya, Kecamatan Cilebak. Bencana berupa gerakan tanah itu terjadi pada Sabtu (3/10) pukul 23.00 WIB.

Bencana di dusun itu terjadi akibat anak sungai Citenjo meluap dan mengikis tanah sebelah bawah. Hal itu menyebabkan tanah sebelah atas bergerak dan amblas setinggi 100 sentimeter dan panjang 20 meter.

"Akibatnya, dua unit rumah warga rusak berat dan delapan unit rumah warga terancam," ujar Indra.

Untuk warga yang tinggal di dua rumah yang mengalami rusak berat, saat ini sudah dievakuasi ke rumah kerabatnya. Sedangkan delapan rumah yang kondisinya terancam, penghuninya dievakuasi hanya saat hujan deras.

Sementara itu, lokasi ketiga yang mengalami bencana adalah Dusun Pahing RT 14 RW 04 Desa Jatisari, Kecamatan Subang. Di dusun itu, terjadi bencana gerakan tanah pada Ahad (4/10) pukul 00.30 WIB.

Bencana itu bermula saat terjadi tanah longsor pada lahan pesawahan yang berjarak sekitar 40 meter dari pemukiman. Kondisi itu kemudian memicu gerakan tanah di pemukiman yang mengakibatkan jalan Dusun Cisawah retak-retak sepanjang 100 meter.

Selain itu, 11 unit rumah warga terancam. Bahkan, tiga unit rumah warga sudah mengalami retak-retak. Aparat desa bersama masyarakat pun membantu proses evakuasi warga yang rumahnya terancam itu saat terjadi hujan deras.

Untuk lokasi keempat yang mengalami bencana adalah Dusun Manis RT 13 RW 3 Desa Pamulihan, Kecamatan Subang. Bencana berupa gerakan tanah yang terjadi pada Ahad (4/10) pukul 05.00 WIB.

Di lokasi itu, bencana gerakan tanah menyebabkan adanya retakan tanah sepanjang 50 meter, lebar 100 meter dan tinggi 10 meter. Hal tersebut mengakibatkan akses jalan dusun mengalami retakan.

Menghadapi kondisi tersebut, masyarakat dan aparat desa setempat melakukan penutupan retakan dan pemangkasan pohon. Hal itu agar tidak terjadi gerakan tanah susulan.

"Gerakan tanah itu juga menyebabkan empat unit rumah rusak ringan dan tiga unit rumah lainnya terancam," ujar Indra.

Terhadap para pemilik rumah tersebut, masyarakat dan aparat Desa melakukan evakuasi ke lokasi yang lebih aman. Hal itu dilakukan apabila kondisi cuaca hujan deras.

Terakhir, bencana berupa tanah longsor terjadi pada akses jalan Desa Subang - Desa Situgede – Desa Gunung Aci, di Desa Subang, Kecamatan Subang. Bencana terjadi pada Ahad (4/10) pukul 10.00 WIB. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement