REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Dampak kekeringan di Kabupaten Cilacap semakin meluas. Bila pertengahan September baru ada lima desa yang mengajukan permintaan bantuan air bersih, maka saat ini sudah bertambah menjadi 15 desa. "Hujan memang sudah mulai turun di beberapa lokasi. Namun curah hujannya masih sangat sedikit, dan tidak merata sehingga masih banyak warga yang kesulitan mendapat air bersih," jelas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy, Rabu (30/9).
Dia menyebutkan, ke-15 desa yang warganya mengalami kesulitan air bersih tersebut, tersebar di sembilan kecamatan. Desa-desa tersebut, merupakan desa yang bila musim kemarau menjadi desa yang paling awal terdampak kekeringan.
Kesembilan desa tersebut, antara lain berada di wilayah Kecamatan Adipala, Gandrungmangu, Kawunganten, Karangpucung, Jeruklegi, Patimuan, Sidareja, Bantarsari serta Kecamatan Wanareja. Menyikapi permohonan yang diajukan desa-desa tersebut, Tri Komara mengaku sudah mengirimkan bantuan air bersih sebanyak 24 tangki. "Kami akan terus melakukan droping air hingga musim hujan turun, dan warga tidak mengalami kesulitan air bersih lagi," katanya.
Dia menyebutkan, pada tahun anggaran 2020 ini, Pemkab Cilacap mengalokasikan anggaran untuk melakukan droping air sebanyak 500 tangki. Meski alokasi droping air ini hanya separuhnya dari alokasi tahun 2019 lalu, namun dia memperkirakan stok air bersih sebanyak 500 tangki akan mencukupi hingga musim hujan. "Saat ini, baru didistribusikan sebanyak 24 tangki. Jadi masih cukup banyak stok air bersih yang bisa kita droping," katanya.
Meski demikian bila nantinya tidak cukup, Tri Komara menyatakan akan meminta bantuan kalangan dunia usaha yang ada di Cilacap untuk membantu droping air. "Biasanya, OPD-OPD lain di Pemkab Cilacap, juga ikut membantu droping air. Namun karena saat ini banyak OPD dilakukan pemangkasan anggaran akibat wabah Covid, kita akan fokus meminta bantuan swasta," jelasnya.