REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM - Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh mengajak masyarakat setempat untuk berhemat sebagai langkah antisipasi menghadapi resesi ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
"Resesi ekonomi saat ini mengancam Indonesia, karena itu warga harus pandai-pandai berhemat sebagai salah satu solusi terhadap keadaan yang saat ini sangat memberatkan," katanya, Rabu (30/9)
Pernyataan itu disampaikan menyikapi perdiksi pemerintah terhadap kondisi negara yang akan mengalami resesi ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-19, sehingga masyarakat perlu menyiapkan diri.
Dikatakan, untuk menghadapi resesi ekonomi masyarakat juga harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan, sebab pandemi Covid-19 ini belum diketahui berakhir sampai kapan.
"Kalau ada rezeki sebaiknya disesuaikan dan atur pengeluaran sebaik mungkin sebab kita belum tahu sampai kapan Covid-19 berakhir," katanya.
Di samping itu, wali kota juga mengingatkan agar masyarakat tetap produktif dan berkreasi mengoptimalkan peluang usaha yang ada di tengah sulitnya perekonomian.
Menurutnya, dengan kondisi Covid-19 saat ini, beban perekonomi Kota Mataram sangat berat. Apalagi, pendapatan daerah di Kota Mataram mengandalkan sektor jasa dan perdagangan.
Sementara, sektor jasa dan perdagangan seperti perhotelan, usaha kuliner maupun UMKM di Kota Mataram juga sedang merasakan dampak dari Covid-19 dan dirasakan berat oleh para pelaku usaha begitu juga tenaga kerja yang tidak bisa beraktivitas seperti biasa.
"Sekarang ini, resesi terhadap aktivitas ekonomi mulai terasa," katanya.
Di sisi lain, lanjut wali kota, bantuan dari APBD Kota Mataram untuk masyarakat sudah semakin menipis. Seperti bantuan paket sembako jaring pengaman sosial (JPS).
"Dari Rp140 miliar yang disiapkan, anggarannya tersisa cukup limit sehingga kita sekarang sedang berpikir keras untuk memenuhi kebutuhan apabila ada permintaan kembali," katanya.
Sementara dari sisi aspek pendapatan daerah, pendapatan asli daerah (PAD) Kota Mataram juga diprediksi akan mengalami penurunan signifikan. Pasalnya, dari target PAD Rp400 miliar lebih, diperkirakan Rp200 miliar atau setengah target diprediksi tidak tercapai.
"Hal itu pasti berdampak juga pada program yang akan kita laksanakan tahun 2021. Karenanya, kita akan menyesuaikan pendapatan ini," katanya.