REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Menjelang waktu makan siang tiba, warung nasi Padang yang berada di depan Kantor Lurah Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat itu, mulai ramai didatangi pembeli.
Warung itu berada di teras rumah, dengan satu meja dan dua kursi panjang. Etalase makanan berada di sebuah gerobak kecil menjorok ke tepi jalan, ukurannya sekitar 150 centimeter x 50 centimeter.
Di gerobak itulah, berbagai jenis lauk-pauk ala masakan Padang digelar. Di antaranya ada sambalado, gulai tauco, ikan lado hijau, telur dadar, pepes ikan teri, tempe tahu goreng, dan ikan asin.
Tak ada yang berbeda dengan warung nasi Ampera lainnya di kota itu, hanya saja lebih sederhana dan terpampang spanduk bertuliskan harga "Rp5.000".
Pemilik warung, Yesi Mariani (40), sambil menggunakan pelindung wajah, membawa sejumlah lauk-pauk dari dari dalam rumah untuk diletakkan ke dalam etalase gerobaknya.
Meskipun baru selesai masak, namun pembeli sudah mulai berdatangan. Yesi pun mulai melayani mereka.
Bagi pembeli yang ingin membawa pulang, Yesi mengemasnya menggunakan kotak styrofoam, tidak dengan bungkus nasi.
Ia mengaku baru berjualan Nasi Padang Rp5.000 ini beberapa bulan terakhir, saat masa pandemi COVID-19.
"Sebelumnya saya dan keluarga berjualan makanan di sekolah, tapi karena pandemi, sekolah tutup, dan kita tidak bisa berjualan lagi," kata Yesi.
Cukup lama ia tidak bekerja, dan kondisi ekonomi keluarganya mulai terganggu. Ia pun mencetuskan ide untuk membuka warung nasi Padang seharga Rp5.000.
Bagaimana bisa menjual nasi Padang semurah itu, Yesi mengaku, membeli bahan-bahan makanan lebih murah di pasar.
"Sore-sore saya belanja ke pasar, biasanya yang dijual murah-murah. Kalau ayam mahal, tidak dibeli, jadi tiap hari ganti-ganti menunya," jelas Yesi.
Selain harganya murah, lanjutnya, porsi nasi yang dijualnya pun tidak sebanyak Nasi Padang pada umumnya, pas untuk orang yang tidak suka makan banyak.
Dengan menggunakan "styrofoam", nasi yang dikemas pun tidak terlihat sedikit dibandingkan menggunakan kertas bungkus nasi.
Kendati untungnya tipis, tapiia bisa berbagi dengan orang-orang yang kondisi ekonominya ikut terdampak masa pandemi ini.
"Untungnya tipis, capeknya banyak, tapi orang tertolong, saya juga dapat dikit untuk makan. Untung utamanya kami sudah makan di sini," kata Yesi.
Ia berharap, dengan berjualan Nasi Padang murah itu, bisa bertahan hidup hingga pandemi COVID-19 berakhir.
Seorang pembeli, Melani Friati (36) mengaku sengaja membeli Nasi Padang Rp5.000 itu karena murah dan sesuai dengan porsi makannya.
"Kalau kita beli Nasi Padang itu kan porsinya banyak, jadi ini pas untuk kita yang tidak terlalu suka makan banyak. Menunya pun menu rumahan," kata dia.
Selain harga dan porsi yang sedikit, kata Melani, rasa yang disajikan di warung Uni Yesi itu pun enak.