Senin 28 Sep 2020 19:25 WIB

BUMD Agro Jabar Serap Garam Petani untuk Bansos Tahap III

kebutuhan garam untuk diberikan pada penerima bansos tahap III mencapai 1000 ton.

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
BUMD PT Agro Jabar memenuhi penugasan Pemprov Jawa Barat agar menyerap potensi garam petani lokal.
Foto: istimewa
BUMD PT Agro Jabar memenuhi penugasan Pemprov Jawa Barat agar menyerap potensi garam petani lokal.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--BUMD PT Agro Jabar memenuhi penugasan Pemprov Jawa Barat agar menyerap potensi garam petani lokal.  Penyerapan ini juga terkait pemenuhan kebutuhan garam untuk bantuan sosial tahap III yang akan segera digulirkan Pemprov. 

Menurut Direktur Utama PT Agro Jabar Kurnia Fajar, penugasan yang diberikan pada pihaknya dipastikan terlaksana. Pihaknya mulai menyerap sebagian produksi garam baku yang berada di Indramayu dan Cirebon. “Intinya, Agro Jabar sudah mulai menyerap garam petani di Jabar,” katanya Senin (28/9).

Kurnia mengatakan rencana menyerap produksi garam lokal didahului penugasan pemenuhan garam untuk Bansos. Pihaknya mencatat kebutuhan garam untuk diberikan pada penerima bansos tahap III mencapai 1000 ton. “Dari target 1000 ton kami serap secara bertahap. Menyesuaikan produksi di pabrik yang memiliki izin edar,” katanya.

Pada tahap awal, setidaknya pihaknya sudah menyerap stok garam baku milik koperasi Babad Jaring Mulia dan anggotanya sekitar 300 ton. Setelah diserap garam tersebut lalu diproses untuk dicampur yodium sesuai standar kesehatan. “Makanya kami menggandeng pabrik yang memiliki izin edar,” katanya.

Agro Jabar berharap, upaya menyerap garam baku ini terus berlanjut tak hanya di urusan pemenuhan kebutuhan bansos. Mengingat ke depan pihaknya akan berperan untuk menyerap komoditas pertanian yang ada di Jawa Barat. “Ini sesuai rencana pembentukan logistik hub nanti,” katanya.

Ketua Koperasi Babad Jaring Mulia, Cahyono mengatakan, pihaknya lega BUMD milik Pemprov Jawa Barat menyerap produksi petani garam. Menurutnya situasi pandemic Covid-19 membuat para petani garam bertumbangan. “Di kita ada 110 petani, tapi karena harga tidak stabil, ini tinggal separonya,” katanya.

Menurut Cahyono, kondisi koperasinya yang kesulitan membayar kuli garam. Pada 2018 pihaknya bisa menyerap garam petani sebesar Rp1400/kilogram dengan skema bagi hasil. Saat ini, membeli dengan harga Rp1000/kilogram pun menurutnya sulit. “Agro Jabar menolong petani, kalau tidak ada Agro Jabar kasihan banyak produksi petani yang tidak terserap,” katanya. 

Namun, kata Cahyono, dari tiga sentra garam di Losarang dan Kandanghaur Indramayu serta Cirebon permintaan pengadaan 1000 ton garam baku agak berat dipenuhi. Menurutnya pihaknya pada Agro Jabar tidak menjanjikan kebutuhan tersebut terpenuhi 100 persen. “Saya tidak berani janji 1000 ton karena tidak mau spekulasi dengan cuaca seperti sekarang,” katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement