REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pedagang kaki lima di kawasan utama wisata Malioboro menegaskan selalu disiplin menjalankan seluruh protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. Sekaligus mencegah berulangnya temuan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang sempat dialami sejumlah pedagang kaki lima di kawasan tersebut.
“Sampai sekarang, saya pastikan seluruh pedagang kaki lima (PKL) patuh dan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Imbauan untuk menjalankan protokol kesehatan juga terus kami lakukan. Kami ingatkan terus,” kata Ketua Kelompok 10 Paguyuban PKL Tridharma Malioboro Paul Zulkarnaen di Yogyakarta, Senin (28/9).
Menurut dia, pedagang kaki lima yang berada di bawah paguyuban tersebut selalu diminta untuk memakai masker dengan benar, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan. Selain itu, pedagang kaki lima yang dinilai memiliki kontak dengan pedagang yang sempat dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 mematuhi imbauan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menutup sementara lapaknya.
“Sampai saat ini pun, mereka masih libur sementara. Ada enam lapak yang libur karena pedagang diminta melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Tempat jualannya dikosongkan,” katanya.
Paul menyebut, pedagang kaki lima di Malioboro yang sangat mengandalkan pendapatan dari sektor pariwisata mengalami pukulan yang cukup berat akibat pandemi Covid-19 karena jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami penurunan signifikan.
“Pada pertengahan Agustus, saat ada libur akhir pekan yang cukup panjang, jumlah wisatawan memang naik. Sudah mau bangkit, tetapi kemudian muncul kasus positif Covid-19 sehingga suasana menjadi kembali sepi. Tetapi, kami tetap semangat berjualan,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Maryustion Tonang mengatakan, penerapan protokol kesehatan di Malioboro tidak hanya sebatas pada kewajiban penggunaan masker, jaga jarak dan cuci tangan tetapi dilakukan berbagai upaya tambahan untuk menegaskan pelaksanaan protokol kesehatan.
Sejumlah upaya tersebut di antaranya kewajiban pengunjung untuk memindai QR Code dan mengisikan berbagai data. Data tersebut akan digunakan untuk mempercepat proses tracing apabila terjadi penularan Covid-19 di Malioboro.
Selain itu, untuk memastikan protokol jaga jarak juga dilakukan upaya dengan memasang penanda arah agar wisatawan yang berjalan di sepanjang trotoar Malioboro tidak saling berpapasan.
“Saya kira, ada banyak ‘best practice’ yang diterapkan di Malioboro terkait protokol kesehatan. Hal ini dilakukan karena kita tidak bisa bicara kesehatan saja tetapi ekonomi mandek. Lokomotif ekonomi dan kesehatan harus bisa berjalan beriringan,” katanya.
Dengan berbagai aturan tersebut, Maryustion berharap, mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta yang dinilai aman karena selalu disiplin menjalankan protokol kesehatan.