Senin 28 Sep 2020 04:37 WIB

BMKG: Puncak kemarau di Sulsel Terjadi pada Akhir September

Diprediksi, kekeringan secara meterologis terjadi pada 31 persen zona musim

Warga mengambil air dari lubang buatan yang digali di dasar sungai akibat kekeringan (ilustrasi)
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Warga mengambil air dari lubang buatan yang digali di dasar sungai akibat kekeringan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Puncak kemarau di sejumlah daerah di Sulsel berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)Wilayah IV Makassar terjadi pada akhir September 2020. Menurut prakirawan BMKG Makassar Esti K di Makassar, Ahad (27/9) puncak musim kemarau akan terjadi di daerah wilayah utara Kota Makassar seperti Kabupaten Maros, Pangkep, Barru dan sebagian wilayah selatan yakni Kabupaten Gowa, Takalar dan Jeneponto.

Berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan (HTH), kekeringan secara meterologis terjadi pada 31 persen zona musim atau ZOM. Deret hari kering bervariasi dalam hitungan hari hingga bulan.

Baca Juga

BMKG pun melansir sebagian besar wilayah yang telah mengalami kemarau akan memasuki dengan 65 persen ZOM. Puncak kemarau di daerah dipengaruhi penguatan angin Monsun Australia. Sementara 19 persen ZOM diprediksi mengalami puncak musim kemarau pada September 2020.

Puncak musim kemarau ini didefinisikan sebagai bulan atau periode waktu terkering dengan curah hujan yang turun di wilayah yang sedang mengalami kemarau berada pada tingkat paling rendah/minimum.

Menanggapi kondisi musim kemarau, Ketua Kelompok Tani Toddopuli di Kecamatan Lau, Kabupaten Maros Abd Wahid mengatakan, sedikitnya tiga kecamatan di Kabupaten Maros mengalami kekeringan yakni Kecamatan Bontoa, Lau dan Marusu. "Akibatnya, tanaman sela berupa palawija juga kekurangan air, sehingga terancam tanaman tidak dapat berbuah," katanya. Dia berharap sudah mulai turun hujan pada Oktober 2020, agar tanaman petani dapat diselamatkan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement