REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Program Dapur Balita menjadi salah satu pendorong agar berbagai kegiatan dalam posyandu balita bisa berjalan secara aktif. Tentunya, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) Kota Yogyakarta Edy Muhammad mengatakan saat ini, kegiatan Dapur Balita sudah berjalan di 65 RW di 30 kelurahan yang ada di seluruh kecamatan di Yogyakarta. "Kegiatan ini menjadi pendorong pemenuhan kebutuhan gizi balita selama pandemi, seperti yang selalu dilakukan di posyandu," ujarnya, Ahad (27/9).
Melalui kegiatan tersebut, masyarakat melakukan swadaya untuk mengumpulkan beragam bahan makanan. Mereka lantas memasaknya menjadi berbagai menu sesuai kebutuhan gizi balita. Makanan tersebut kemudian dibagikan ke balita yang ada di wilayah.
"Biasanya dalam dua pekan sekali, sehingga kegiatan ini sekaligus menjadi embrio untuk menggiatkan kembali kegiatan posyandu," kata dia.
Warga yang mengelola kegiatan dapur balita akan menginformasikan kepada masyarakat mengenai pilihan menu yang akan dimasak. Dengan begitu, warga bisa memberikan donasi bahan makanan sesuai dengan kebutuhan menu.
"Harapannya, menu yang disajikan semakin variatif. Semuanya merupakan kegiatan sosial dari masyarakat," ujar Edy.
Selama pandemi Covid-19, kegiatan posyandu di masyarakat yang berbasis RW dihentikan sementara. Di Kota Yogyakarta terdapat 623 posyandu berbasis RW.
"Posyandu di masyarakat merupakan kegiatan yang sangat penting karena dari posyandu itu dapat dilakukan pemantauan tumbuh kembang balita secara rutin," ujarnya.
Berbagai kegiatan yang biasanya dilakukan di antaranya pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, pemberian vitamin, makanan tambahan, dan edukasi mengenai tumbuh kembang balita. "Karena pandemi, kami mencari upaya lain supaya pemantauan tumbuh kembang bisa dilakukan. Salah satunya membuat video mengenai program posyandu dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan," ujarnya.
DPMPPA Kota Yogyakarta akan menyiapkan dukungan dari sisi psikologi yang biasanya dilakukan bersamaan dengan Dapur Balita, yaitu membuka sesi konsultasi psikologi untuk masyarakat. "Misalnya jika ada kasus kekerasan, maka akan kami arahkan ke UPT yang menangani kekerasan atau sedang ada masalah keluarga, maka akan diarahkan ke Puspaga," ujarnya.