REPUBLIKA.CO.ID, Saat negara-negara di Asia mulai melonggarkan pembatasan sosial dan bisnis kembali beroperasi di tengah pandemi Covid-19, para pelaku industri pun giat menyusun strategi untuk bisa mengembalikan situasi agar bisnis kembali normal di tengah-tengah perubahan yang selalu terjadi akhir-akhir ini.
Kebersihan dan kesehatan kerja adalah prioritas utama semua bisnis saat ini demi melindungi keselamatan pekerja dan juga pelanggan mereka. Namun, bagi bisnis seperti instalasi pabrik, keselamatan di ruang kerja haruslah selalu terjaga walaupun peraturan mengenai keselamatan yang terkait dengan kebersihan dan kesehatan telah ada dan diberlakukan.
"Ketika pekerja kembali bekerja di fasilitas industri, kegiatan rutin seperti merencanakan sistem modernisasi, yang kemungkinan ditunda karena pandemi, menunggu untuk dapat dikerjakan lagi. Kegiatan ini membutuhkan pertimbangan yang sangat teliti, apalagi bila standar proses industri yang wajib, seperti kemacetan produksi, dan permintaan konsumen sudah terlibat," kata VP Asia Pasifik HIMA, Friedhelm Best dalam siaran persnya, Ahad (27/9).
Berikut ini, Best memberikan tiga pertimbangan utama untuk memastikan Safety Instrumented System (SIS) pada fasilitas industri sebuah perusahaan agar selalu sesuai dengan harapan serta memastikan SIS tersebut efektif dalam memantau situasi berbahaya pada pabrik, serta mampu mengambil tindakan cepat apabila terjadi situasi yang membahayakan.
Yang pertama adalah standar yang sesuai. "Jadi bukan hanya ketika mempertimbangkan modernisasi atau modifikasi SIS saja. Sistem keselamatan yang baik dan sesuai dengan standarnya dapat memberikan kepastian hukum, jikalau terjadi kasus pada ruang kerja. Selain itu sistem keselatan tersebut juga dapat berfungsi sebagai pedoman akan praktik industri yang baik," ujar Best.
Yang kedua adalah menghindari down time yang Lama. Pada modernisasi apa pun, menurut Best, down time atau penghentian tiba-tiba alat produksi karena kerusakan atau maintenance, akan selalu muncul.
"Dalam industri berskala besar, ditambah semakin maju teknologinya, semakin lama juga downtimenya. Kami menyarankan untuk selalu punya rencana jangka panjang, menggunakan alat tambahan yang kompatibel, dan menyiapkan down time secara berhati-hati," ujarnya.
Ketiga adalah mendapatkan tenaga ahli yang tepat. "Modernisasi membutuhkan para ahli. Dengan begitu banyak hal yang harus dipikirkan, bantuan dari para insinyur dan konsultan yang terbaik memastikan kalau proses produksi sudah lancar dan efisien," katanya.
Ia mencontohkan, dimulai dengan SIS itu sendiri. "Apakah pemeriksaan berkala bisa memberitahu mana perangkat yang masih bisa digunakan? Apakah Anda tahu sudah berapa lama alat-alat tersebut digunakan? Apa persyaratan penting dan langkah awal untuk menjalankan hal tersebut? Jika Anda kesulitan menjawab semua pertanyaan di atas, maka carilah bantuan seorang ahli," katanya.