Jumat 25 Sep 2020 13:51 WIB

Memvisualisasikan Legenda Tengger ke dalam Motif Batik

Batik dari visualisasi legenda di Tengger menggunakan pewarna alam

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) mendesain motif batik berisi legenda masyarakat Tengger.
Foto: Dok. Humas UB
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) mendesain motif batik berisi legenda masyarakat Tengger.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Jika berbicara tentang Bromo, maka tidak boleh melupakan Suku Tengger. Masyarakat yang menetap di sekitar Gunung Bromo ini masih memegang teguh nilai tradisi yang terwujud dalam pelaksanaan berbagai upacara adat.

"Seperti upacara karo, kasada, dan lainnya," kata mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Mifta Nur Aini.

Masyarakat Tengger memiliki sumber penghasilan utama dari sektor perkebunan dan pertanian. Selain itu, mereka juga mempunyai banyak kearifan lokal, daya tarik wisata, dan sumber daya manusia yang melimpah. Sayangnya, hal-hal tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Menurut Mifta, dokumentasi legenda Tengger dalam bentuk konkret masih sangat kurang.  Di sisi lain, penelitian kebudayaan rentang Tengger sudah cukup banyak. Hanya saja, penelitian sejarah dan tradisi Tengger tidak diimplementasi dan diaktualisasikan.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, tim Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UB melalui Program Kreatif Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) mencoba memberikan bukti nyata untuk Suku Tengger. Di bawah bimbingan dosen Sony Sukmawan, Mifta dan tim memilih program tanggap legenda daerah Tengger. Salah satunya melalui penciptaan motif batik.

Di program ini, tim bekerja sama dengan komunitas Bala Daun. Kelompok masyarakat ini fokus terhadap lingkungan, konservasi alam dan budaya di Tengger.

Program ini diawali dengan proses penggalian data dari pegiat lingkungan di Tengger, Karyadi. Dari penggalian data, tim menyeleksi data menjadi tiga legenda antara lain Asal-usul Desa Tosari, Wono Sekar, dan Jimat. Legenda-legenda tersebut dinilai cukup berpotensi untuk divisualisasikan dalam motif batik.

"Dalam prosesnya, batik dari visualisasi legenda ini menggunakan pewarna alam sebagai upaya pencegahan terjadinya pencemaran akibat limbah dari pewarna sintetis," katanya.

Mengingat masih pandemi Covid-19, program pengabdian masyarakat ini tidak dapat dilakukan secara luring. Kegiatan dilakukan secara daring dengan meliputi pembuatan buku pedoman dan video tutorial proses penciptaan motif batik berbasis legenda. Lalu pembuatan batik cap, kerajinan berbahan dasar batik dan desain pemasaran produk.

Mifta berharap, penciptaan motif dari legenda menjadi media pelestarian kebudayaan tak-benda dari daerah Tengger. Kemudian bisa menunjang industri dari sektor wisata berskala nasional. "Dan memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement