REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw mengakui, anggotanya kesulitan datang ke Hipadipa, Kabupaten Intan Jaya, untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Hal itu karena wilayah tersebut sudah dikuasai kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Personel kepolisian, kata dia, kesulitan menuju distrik tersebut karena selain sudah dikuasai KKB, jalan menuju wilayah itu hanya satu-satunya akses yang ditempuh sekitar delapan jam dari Sugapa, ibu kota Intan Jaya. Karena itu, pihaknya meminta bantuan satuan tugas (satgas) yang bertugas di Intan Jaya untuk mengamankan perjalanan dan proses olah TKP.
Paulus mengaku, tanpa melakukan olah TKP, polisi tidak bisa menyelidiki kasus tersebut walaupun sudah ada keterangan dari para saksi. Menurut Paulus, olah TKP harus dilakukan untuk mengetahui posisi sebetulnya saat korban pertama kali ditemukan serta investigasi lainnya guna mengungkap kasus tersebut.
Namun, dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini, pihaknya bakal meminta bantuan satuan tugas yang bertugas di wilayah ini untuk membantu mengamankan personel ke lokasi. "Dan saat melakukan olah TKP, KKB juga dilaporkan berada di sekitar Sugapa," katanya di Kota Jayapura, Kamis (24/9) malam WIT.
Dari laporan yang diterima Paulus, beberapa kelompok lainnya juga sedang menuju wilayah Kabupaten Intan Jaya dan berencana melakukan perang terbuka dengan TNI-Polri. Kekuatan kelompok bersenjata yang saat ini dipimpin Sebinus Waker berjumlah sekitar 50 orang.
Adapun jumlah senjata milik KKB sebanyak 17 pucuk yang merupakan hasil rampasan dari TNI-Polri. Menurut Paulus, Sebinus Waker merupakan wakil dari Ayub Waker yang tewas ditembak di Kali Kopi.
Kontak tembak antara TNI dan kelompok kriminal sipil bersenjata (KKSB) terjadi di sekitar Koramil Persiapan Hipadipa, Kabupaten Intan Jaya, Sabtu (19/9) pukul 13.20 WIT. Akibatnya, satu prajurit gugur. Dalam bulan September tercatat tiga kasus penyerangan dan penembakan terhadap warga sipil dan TNI hingga menewaskan dua anggota TNI-AD dan satu warga sipil serta dua sipil lainnya terluka.
Adapun nama-nama korban yaitu Selasa (15/9) dua tukang ojek terluka, Kamis (17/9) dua orang meninggal yakni Serka Sahlan dan Badawi yang berprofesi tukang ojek, serta Sabtu (19/9) kembali terjadi kontak tembak yang menewaskan Pratu Dwi Akbar Utomo.