Kamis 24 Sep 2020 11:58 WIB

Wapres: Inovasi dan Sinergitas Kunci Mengejar Ketertinggalan

Jumlah sumber daya peneliti Indonesia hanya 89 orang per 1 juta penduduk

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Agus Yulianto
Wakil Presiden Ma'ruf Amin
Foto: Dok.KIP/Setwapres
Wakil Presiden Ma'ruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong lembaga pendidikan tinggi memacu peningkatan inovasi dan sinergitas lebih jauh. Sebab, inovasi dan sinergi berkontribusi besar terhadap pembangunan sebuah negara. 

Ma'ruf mengatakan, berdasarkan laporan Global Innovation Index (GII) 2020, negara-negara dengan skor inovasi tinggi cenderung memiliki PDB per kapita lebih tinggi. Sementara, peringkat Indonesia berdasarkan laporan GII pada 2018 dan 2019 tidak bergeser dari posisi 85 dari 130 negara di dunia. 

"Karena itu, untuk mengejar ketertinggalan, bangsa Indonesia terutama lembaga pendidikan tinggi, perlu memacu inovasi dan sinergitas lebih jauh lagi," ujar Ma'ruf melalui akun instagram resminya @kyai_marufamin, Kamis (24/9).

Ma'ruf mengatakan, penekanan ini juga yang kerap disampaikan saat menghadiri kegiatan yang digelar lembaga pendidikan tinggi agar mendukung peningkatan riset, inovasi dan teknologi. Menurut dia, sebenarnya Pemerintah telah mengalokasikan anggaran lebih besar dalam bidang riset dan pengembangan dibandingkan negara tetangga, seperti Vietnam. 

Namun, jumlah sumber daya peneliti Indonesia hanya 89 orang per 1 juta penduduk, jika dibandingkan dengan Vietnam memiliki jumlah peneliti 673 per 1 juta penduduk. "Alokasi anggaran riset dan pengembangan Indonesia terbesar berasal dari pemerintah yaitu 40 persen, dan sisanya dari swasta. Sedangkan alokasi anggaran riset dan pengembangan Vietnam terbesar justru dari sektor industri swasta yaitu 52 persen dan sisanya dari pemerintah," ungkap Ma'ruf.

Karena itu inovasi dan sinergi menjadi faktor penting dalam mengejar ketertinggalan. Selain inovasi dan sinergitas, kata Ma'ruf, daya saing SDM juga perlu menjadi perhatian, dimana hal ini erat kaitannya dengan produktivitas nasional.

Sebab, berdasarkan data Asian Productivity Organization (APO) dalam Asian Productivity Data Book 2018, posisi produktivitas per pekerja Indonesia berada peringkat ke-4 dari 8 negara Asia yang tergabung dalam organisasi tersebut.

"Di era persaingan dagang yang semakin kompetitif, Indonesia harus mampu meningkatkan produktivitasnya melalui peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan SDM, pemanfaatan teknologi yang tepat guna, inovasi serta iklim usaha yang lebih baik," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement