REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian LHK, Sri Tantri Arundhati mengatakan, masyarakat dengan ekonomi rendah lebih rentan terdampak perubahan iklim. Bahkan, risiko yang didapat masyarakat ekonomi rendah ia sebut sangat tinggi di daerah tertentu.
"Data potensi desa dari kami, ada masyarakat ekonomi rendah juga yang rentan terhadap perubahan iklim. Contohnya bencana banjir," kata dia dalam media briefing daring, Rabu (23/9).
Dia menjelaskan, masyarakat ekonomi rendah akan semakin terpukul oleh ekonomi ataupun bencana yang dihasilkan oleh perubahan iklim, seperti banjir ataupun longsor. Hal itu berbeda dengan ekonomi menengah ke atas, yang ia nilai masih bisa beradaptasi dengan bencana yang tidak bisa dihindari.
"Untuk orang kaya mereka bisa pindah ke hotel atau ke mana. Tapi yang sosial, atau ekonominya tidak sanggup untuk ke hotel, tentu dia adalah masyarakat sangat rentan," ungkap dia.
Pemahaman masyarakat ekonomi rendah, kata dia, juga masih terbatas menyoal perubahan iklim. Oleh karena itu, pihaknya menegaskan untuk meningkatkan program kampung iklim, sebagai upaya edukasi dan penanganan.
"Pengurangan risiko bencana itu sama dengan mitigasi bencana, yang juga serupa dengan adaptasi," tambahnya.
Adaptasi, menurut dia, berkaitan dengan bagaimana masyarakat berupaya jika dampak yang ada adalah bencana. Beberapa faktor adaptasi yang nyata, menurutnya adalah peningkatan ketahanan pangan, melawan kekeringan dan lainnya.
"Dan di mitigasi lebih kepada pengelolaan sampah, limbah padat dan cair. Pengamanan energi terbarukan dan konservasi energi, hingga budidaya pertanian," ungkap dia.