REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kabupaten Indramayu menjadi daerah terbanyak di Jawa Barat yang mengirimkan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Instansi terkait pun terus mengimbau agar warga berangkat ke luar negeri melalui jalur legal agar lebih terlindungi.
Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Indramayu, Johar Manun, menyebutkan, setiap tahun rata-rata ada 22 ribu warga Kabupaten Indramayu yang berangkat ke luar negeri menjadi TKI. Mereka bekerja di berbagai negara, seperti Taiwan, Hongkong, Jepang, Singapura dan lainnya.
"Jumlah itu terbesar di Jabar," ujar Johar, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (23/9).
Johar mengatakan, jumlahnya diperkirakan lebih banyak jika ditambahkan dengan TKI Indramayu yang berangkat melalui jalur ilegal. Menurutnya, keberadaan mereka sulit dideteksi karena mereka berangkat tanpa sepengetahuan Disnaker dan menempuh prosedur yang tidak resmi.
Johar menilai, tingginya minat warga untuk menjadi TKI itu karena pekerjaan di luar negeri, terutama di sektor informal, hanya membutuhkan pendidikan yang rendah. Dia mengatakan, lulusan SMP pun bisa bekerja di luar negeri dan memperoleh gaji yang cukup tinggi.
Namun, selama masa pandemi Covid-19, Johar menyatakan, tidak ada keberangkatan TKI ke luar negeri. Kondisi itu mulai terjadi sejak sekitar Maret 2020.
Lebih lanjut Johar mengungkapkan, pihaknya selama ini terus berupaya melakukan sosialisasi kepada warga yang ingin menjadi TKI agar menempuh prosedur yang resmi. Ha itu dimaksudkan agar para TKI memperoleh perlindungan selama bekerja di luar negeri.
"Rencananya kami akan jemput bola kepada para calon TKI agar mereka berangkat secara legal," ujar Johar.
Sementara itu, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Kabupaten Indramayu, Juwarih, saat dimintai pendapatnya, menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendorong tingginya minat masyarakat Indramayu untuk bekerja ke luar negeri.
Pertama, terdorong kebutuhan hidup alias faktor ekonomi. Karena di Indramayu minim lapangan pekerjaan sedangkan kebutuhan hidup harus tetap terpenuhi.
Kedua, faktor kecumburuan sosial. Warga yang melihat tetangganya sukses karena bekerja di luar negeri, akhirnya juga berhasrat untuk mengikuti jejak tetangganya tersebut.
"Faktor ketiga, iming-iming gaji besar di luar negeri, lebih besar dari gaji di dalam negeri. Dalam waktu singkat mereka bisa beli kendaraan, bangun rumah, beli sawah," tutur Juwarih.
Juwarih menambahkan, antusias masyarakat Indramayu untuk bekerja ke luar negeri di masa pandemi Covid-19 ini pun masih tinggi. Namun sayang, mereka tida bisa berangkat karena kondisi di Indonesia maupun di negara tujuan belum memungkinkan dilakukannya pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.
"Mereka akhirnya menganggur dan sangat berharap agar pengiriman TKI ke luar negeri segera dibuka kembali," tandas Juwarih.