Rabu 23 Sep 2020 11:02 WIB

Jusuf Kalla Membandingkan Gaya Kepemimpinan SBY dan Jokowi

SBY menyerahkan semua masalah ekonomi ke JK, Jokowi semuanya dirapatkan.

Rep: Erik PP/ Red: Erik Purnama Putra
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) yang juga Wapres RI 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) yang juga Wapres RI 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden periode 2004-2009 dan 2014-2019, Jusuf Kalla (JK) membocorkan pengalaman selama bekerja dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi). JK menjelaskan hal itu untuk menjawab pertanyaan Helmi Yahya terkait enak mana bekerja pada zaman SBY atau Jokowi.

"Ya samalah. Cuma beda kepemimpinannya. Gayanya beda. Kalau zamannya Pak SBY, semua permasalahan ekonomi diserahkan kepada saya. Kalau zamannya Pak Jokowi itu semua soal dirapatkan. Jadi rapatnya bisa satu minggu bisa empat-lima kali," kata JK di akun channyel Youtube Helmy Yahya Bicara, dikutip Republika, Rabu (23/9).

Helmi pun mengajukan pertanyaan lanjutan, mengapa Jokowi senang rapat? "Ya begitu gayanya. Ada keputusan diambil bersama," kata JK menimpali.

Helmi melanjutkan rasa penasarannya apa beda zaman SBY dan Jokowi. "(SBY) lebih ringkas. Lebih terarah, lebih cepat kita mengambil keputusan," kata mantan ketua umum Partai Golkar ini.

JK pun mengiyakan pernyataan Helmy terkait slogan yang pernah diusungnya di Pilpres 2009, yaitu Lebih Cepat Lebih Baik. "Nah iya," kata JK yang membuat keduanya tersenyum bareng.

JK pun mengenang menjadi juru damai pemerintahan sejak menjadi menteri koordinator kesejahteraan rakyat (menko kesra) era Megawati Soekarnoputri. Kala itu, JK mengaku, menyelesaikan konflik Poso dan Ambon. Adapun ketika menjadi wapres era SBY, ia menjadi mediator konflik Aceh antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Republik Indonesia (RI). JK pun membocorkan rahasia menjadi juru damai, yaitu harus mengetahui dan mempelajari masalah dulu, latar belakang, dan penyebabnya.

"Kita harus menjaga dignity dari yang berkonflik, jadi win win tak boleh ada yang merasa kalah. Saya waktu itu dalam tahap peneyelasaian Thailand dan Srilanka, karena soal waktu, karena keterbukaan, tak terjadi," kata JK yang menjelaskan jika konflik Aceh bisa ditangani lantaran mengambil jalan tengah karena menguntungkan kedua belah pihak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement