REPUBLIKA.CO.ID, oleh Uji Sukma Medianti, Eva Rianti, Shabrina Zakaria, Adysha Citra Ramadhani, Rr Laeny Sulistyawati
Persentase kasus Covid-19 tanpa gejala mendominasi. Di Jakarta, misalnya, Gubernur Anies Baswedan pernah mengatakan di Jakarta kasus OTG (orang tanpa gejala) mencapai 66 persen. Sedangkan secara nasional pernah disebut pasien OTG mencapai 80 persen dari kasus positif.
Pasien OTG pun kini diminta untuk tidak melakukan isolasi mandiri di rumah sendiri agar menghindari terjadinya klaster keluarga. Rumah Sakit Darurat (RSD) Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, sudah mulai diisi pasien Covid-19 tanpa gejala. Tempat isolasi darurat ini diperuntukkan bagi pasien OTG yang rumahnya tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri.
“Kalau yang di rumah sakit penuh, di rumah tidak memenuhi syarat ini tempat alternatifnya. Bisa saja dia rumahnya kecil tapi buat aman keluarganya supaya keluarganya tak tertular,” terang Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, kepada wartawan, Selasa (22/9).
Pepen, sapaan akrabnya, menjelaskan, sejatinya prosedur isolasi di RSD Stadion akan sama seperti pasien yang hendak diisolasi di rumah sakit. Hanya saja, ruang isolasi di stadion tidak bisa digunakan untuk pasien dengan komorbid atau penyakit penyerta.
Dia juga telah menginformasikan kepada kepala puskesmas di wilayah Kota Bekasi untuk proaktif mendata warga positif yang tidak bisa melakukan isolasi mandiri di rumah. “Oleh karena itu para kapus (kepala puskesmas) tugas dan fungsi dari kapus bukan hanya berkunjung ke rumah yang isolasi, tapi juga melihat kondisi rumahnya, sehingga harus ada alternatif tempat isolasi yang disediakan oleh pemerintah,” tuturnya.
Politikus Partai Golkar ini mengatakan bagi warga yang rumahnya tidak memungkinkan tapi tidak mau diisolasi, maka pihak pemkot akan menjemput paksa ke rumahnya. Hal tersebut dilakukan guna menghindari potensi penyebaran di lingkungan sekitar rumahnya.
Saat ini, fasilitas yang tersedia di RSD Stadion Bekasi ada 57 kasur dilengkapi dengan hepafilter, juga tenaga medis dan kesehatan yang berjaga selama 24 jam dalam tiga shift.
Pemerintah Kota Tangerang juga melarang warganya yang merupakan pasien OTG untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah mengatakan, hal itu dilakukan mengingat saat ini kasus yang terjadi di Kota Tangerang didominasi OTG yang melakukan isolasi mandiri di rumah.
"Tidak ada lagi pasien OTG yang melakukan isolasi mandiri di rumah," ujar Arief, baru-baru ini. Aturan pelarangan tersebut juga dilakukan lantaran penyebaran Covid-19 yang masih tinggi di Tangerang.
Arief mengatakan, kemungkinan besar jika warga melakukan isolasi mandiri di rumah, mereka tidak mampu menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Pasalnya, bisa terjadi kontak erat dengan anggota keluarga lainnya sehingga membuat kasus Covid-19 klaster keluarga makin tinggi.
Atas pelarangan tersebut, konsekuensinya, Pemerintah Kota Tangerang menyediakan sejumlah tempat isolasi bagi pasien OTG. Tempat isolasi yang sudah tersedia yakni Rumah Perlindungan Sosial (RPS) Kota Tangerang dan empat puskesmas.
"Selain RPS dan dua puskesmas, Pemkot Tangerang juga sedang mempertimbangkan dua lokasi lainnya, yaitu bangunan puskesmas yang baru rampung dikerjakan untuk dijadikan lokasi isolasi," kata Arief.
RPS diketahui memiliki 22 ruangan isolasi dengan 60 unit tempat tidur serta dua ruangan khusus untuk petugas kesehatan. Dia menambahkan, pihaknya akan segera melengkapi puskesmas tersebut dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pasien Covid-19 yang OTG.
Arief memperingatkan, pentingnya warga yang OTG untuk memanfaatkan fasilitas isolasi mandiri yang disediakan. Dia menilai sebanyak apapun fasilitas dan usaha yang diupayakan oleh pemerintah akan menjadi sia-sia jika masyarakatnya masih enggan untuk disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
"Jika masyarakatnya masih sulit untuk disiplin dalam penerapan protokol kesehatan, akan sulit untuk keluar dari pandemi," ujarnya. Dia menambahkan, pandemi Covid-19 belum bisa dipastikan kapan akan berakhir sehingga peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk mengendalikan pandemi.
Sedangkan pasien OTG Kota Bogor akan dibawa ke balai besar rehabilitasi milik BNN di Lido, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Selain di BNN Lido, Pemkot Bogor juga sedang menyiapkan satu hotel yang akan digunakan untuk tempat isolasi pasien OTG.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan Pemkot Bogor sedang mencari jalan untuk mengisolasi pasien-pasien OTG di Kota Bogor. “Minggu ini Insya Allah sudah siap yang OTG akan dibawa ke Lido. Ada lagi satu hotel sedang kita proses di Kota Bogor,” ujar Bima di Kota Bogor, Senin (21/9).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan tempat isolasi pasien OTG di BNN Lido memiliki kapasitas 122 tempat tidur.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat baru saja mengubah panduan mengenai pengetesan Covid-19. Berdasarkan panduan terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit itu, orang-orang tanpa gejala (OTG) atau asimtomatik tetap perlu mendapatkan tes Covid-19.
"Mengingat signifikansi transimi asimtomatik dan pra gejala, panduan ini memperluas penguatan kebutuhan untuk mengetes orang-orang tanpa gejala (OTG), termasuk yang berkontak dekat dengan orang terkonfirmasi infeksi SAR-CoV-2," tutur CDC dalam panduan terbaru, seperti dilansir Fox News.
Kontak dekat yang dimaksud dalam panduan ini adalah orang-orang yang selama minimal 15 menit berada dalam radius dua meter dari orang terkonfirmasi Covid-19. Meskipun hasil pengetesan negatif, orang-orang yang melakukan kontak dekat tetap harus melakukan isolasi mandiri selama dua pekan.
"Karena satu kali hasi negatif tidak berarti Anda akan tetap negatif setelah tes tersebut," kata CDC.
Ini merupakan kali kedua CDC mengubah panduan terkait aturan pengetesan Covid-19. Pada 26 Agustus, CDC memicu kontroversi dengan mengubah panduan dan menyatakan bahwa OTG tak perlu dites Covid-19, meski mereka berkontak dekat dengan pasien terkonfirmasi Covid-19.
Perubahan kedua ini kembali sejalan dengan panduan sebelum ada perubahan. CDC menyatakan panduan dan rekomendasi dibuat berdasarkan semua hal yang diketahui tentang Covid-19 saat ini. Mengingat Covid-19 merupakan penyakit baru, panduan dan rekomendasi bisa berubah sewaktu-waktu bila ada informasi tambahan yang tersedia.
Tren kasus baru positif virus corona SARS-CoV2 di Tanah Air terus bertambah di atas 4.000 kasus per hari. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) eminta dua hal yang dilakukan termasuk menambah kapasitas pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan (faskes).
"Kapasitas pelayanan kesehatan harus ditambah karena kalau tidak ditambah, kami khawatir ada masyarakat yang sakit namun tidak mendapatkan ruangan," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat di konferensi virtual BNPB bertema Benteng Terakhir Penanganan Covid-19, Selasa (22/9).
Jika kapasitas rumah sakit tidak ditambah kemudian pasien membludak atau overload, IDI mengkhawatirkan kondisi fisik petugas kesehatan di tempat itu. Pihaknya cemas petugas kesehatan termasuk dokter rentan mengalami kelelahan kemudian memudahkan penularan virus.
"Kasihan petugas kesehatan karena berisiko tinggi," katanya.
Selain itu, pihaknya mengaku akan berembuk dengan seluruh petugas kesehatan untuk mendorong masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan. Ia menegaskan, jika masyarakat tidak disiplin mematuhinya, penularan kasus tetap tinggi kemudian kapasitas pelayanan kesehatan tidak bisa menampungnya meski telah ditambah.
"Oleh karena itu, tenaga kesehatan di pelayanan akan melakukan kampanye disiplin menerapkan protokol kesehatan supaya penularan di masyarakat bisa ditekan, minimal masyarakat disiplin memakai masker," katanya.
Sebelumnya, Kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah 4.176 hari ini. Penambahan tersebut memecahkan rekor sebelumnya yang berjumlah 4.168. Berdasarkan data dari Satgas Penanganan Covid-19, Senin (21/9), total kumulatif kasus positif Corona di Indonesia hari ini berjumlah 248.852.