REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perawat di RSPI Sulianti Saroso, Nurdiansyah, mengakui tak sedikit pasien Covid-19 yang mengalami tekanan jiwa ketika divonis Covid-19. Dia menyebut, rata-rata pasien yang dirawat di rumah sakit pusat infeksi ini berstatus orang tanpa gejala (OTG).
Mereka kerap dilanda depresi. Tak sedikit pasien Covid-19 yang mengekspresikan kegelisahannya dengan berteriak-teriak.“Apalagi yang OTG ya. Mereka cenderung tidak yakin terjangkit Covid-19 kan. Jadi, mereka lebih depresi dan belum bisa menerima kondisi atau vonis atas diri mereka,” kata Nurdiansyah saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (16/9).
Tak hanya itu, tak sedikit pasien positif yang memiliki tingkat pengetahuan akan Covid-19 rendah. Dengan demikian, kata dia, para perawat perlu untuk melakukan edukasi, pemahaman serta pendekatan kepada pasien. Sebagai perawat, Nurdiansyah berupaya memberikan perawatan sesuai dengan standar kesehatan dan keamanan Covid-19.
"Jadi, kita terus berikan pemahaman setiap hari. Sambil kita juga berikan perawatan. Jangan sampai berhenti agar dapat membantu pasien juga untuk dapat terbebas dari virus ini,” ujarnya.
Dengan menerapkan perawatan seperti itu, dia menjelaskan, gangguan dan guncangan kejiwaan akibat terjangkit Covid-19 pun diharapkan dapat berangsur membaik. Di sisi lain, dia membeberkan kondisi pasien Covid-19 yang sudah terlalu lama berada di ruang isolasi untuk mendapatkan perawatan. “Kalau yang ini (pasien yang telah lama mendapatkan perawatan) paling depresinya itu cenderung ke arah bosan ya,” kata dia.
Ketua Umum Persatuan Perawat Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, para perawat yang bekerja di unit isolasi umumnya mengurusi aspek yang general. Meski demikian, kata dia, terdapat juga perawat yang menangani khusus isolasi jiwa.
“Perawat spesialisasi jiwa ini biasanya akan memberikan konsultasi kepada para perawat yang bertugas di lapangan,” kata dia.