Jumat 18 Sep 2020 05:31 WIB
Obituari Alwi Shahab

Abah Alwi dan Kisah Tanah Betawi

Mungkin sudah tidak ada lagi sejarawan Betawi yang pengetahuannya seperti Abah Alwi.

Wartawan senior Republika, Alwi Shahab
Foto:

Sebelum kemerdekaan, Agustus 1945 Condet termasuk Kabupaten Mesteer Cornelis dan setelah proklamasi menjadi bagian dari Kotapraja Jakarta. Setelah pemerintah Belanda memberikan pengakuan penuh kepada Indonesia, pada tanggal 24 Maret 1950 Jakarta menjadi Kotapraja Jakarta dan kemudian berubah menjadi Kota Praja Jakarta Raya Swatantra sampai 21 Juni 1964.

Selanjutnya tanggal 22 Juni 1964 menjadi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) Jakarta. Pada masa penjajahan Belanda rakyat Condet melakukan perlawanan terhadap tuan tanah orang-orang Belanda seperti Jan Ameen.

Rakyat Condet meminta bantuan hukum kepada para Mister Inderechten (Mr) pada masa itu, seperti Mr. Syafruddin Prawiranegara, Mr. Moh. Yamin, Mr. Sartono dan lain-lain untuk memperjuangkan hak mereka di pengadilan. Tokoh pemberontakan saat itu di antaranya dikenal dengan Tong Gendut pada tahun 1916, yang konon kabarnya ada codet (tergores/stratch) di pipinya sehingga diberi nama Condet. Saking legendarisnya wilayah ini tidaklah heran jika para calon gubernur di Jakarta selalu menjadikan daerah Condet sebagai salah satu bidikan utama untuk mendapat simpati dan menarik suara Betawi.

Abah Alwi, yang bersaudara dengan Ali Shahab -- seorang sutradara terkemuka di masa lalu--, merupakan keturunan seorang habib legendaris dan ternama yaitu Habib Ali Kwitang. Alwi Shahab bukan hanya hapal banyak sejarah nama jalan sejak masih di bawah pemerintahan Belanda, tetapi juga hapal dengan tradisi maupun nama-nama makanan.

Misalnya di Condet pada musim hari raya biasanya disuguhi makanan seperti wajik, uli, dodol dan kue geplak. Masyarakat Betawi sangat mahir membuat dodol yang bahan utamanya dari tepung ketan yang halus, gula jawa dan kelapa.

Makanan yang berwarna coklat tua ini rasanya legit dan tahan lama. Pada masa Gubernur Anies Baswedan sering diadakan Festival Condet dan biasanya banyak diperagakan cara membuat dodol.

photo
Keluarga bersama kerabat memanjatkan doa untuk jenazah wartawan senior Republika Habib Alwi Saleh Shahab di Masjid Al-Ikhlas, Jalan Puncung, Condet, Jakarta Timur, Kamis (17/9). Wartawan senior Republika sekaligus sejarawan betawi meninggal dunia pada 17 September 2020 pukul 03.00 WIB di kediamannya saat menginjak usia 84 tahun. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Di lingkungan rumah, Alwi Shahab juga dekat dengan rakyat kecil dan dengan logat Betawinya serta suara khasnya ia mudah menyapa orang-orang kecil. Selain hobi olah raga jalan kaki, sebelum sakit 3 tahun yang lalu, hampir setiap pagi Abah Alwi sering jalan sendiri membeli nasi uduk, usai beliau Sholat Subuh di Masjid Al Ikhlas Condet.

Saya kira bukan soal nasi uduknya, tetapi beliau berusaha memahami dan menghayati kehidupan rakyat Betawi yang selama ini banyak menginspirasi tulisannya. Lebih dari itu, beliau juga berupaya untuk senantiasa pergi ke masjid jika tengah ada di rumah.

Di pemakaman persis di depan kelurahan Balekambang —di mana Alwi Shahab dimakamkan persis di samping makam cucunya yang bernama Kemal yang wafat beberapa tahun yang lalu-- saudara, kerabat, tetangga dan para wartawan tertunduk mengenang kebaikan almarhum selama hidup. Kini, cerita-cerita sejarah tentang Betawi dan Condet tidak akan meluncur lagi dengan deras dari seorang Alwi Shahab, yang pernah menjadi wartawan istana semasa Presiden Soekarno, Presiden Suharto maupun meliput kegiatan Presiden Habibie.

Pemerhati legendaris Betawi itu sudah tiada. Selamat jalan Abah Alwi, Insya Allah engkau damai di surga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement