REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Dr Muhammad Abdan Shadiqi SPsi MSi mengatakan para pemilih termasuk kategori rentan terhadap Covid-19 perlu perhatian khusus saat pemilihan kepala daerah (pilkada).
"Pemilih pemula dan lansia adalah mereka yang rentan terpapar Virus Corona. Makanya harus mendapat perhatian khusus," ujar Abdan, di Banjarmasin, Kamis (17/9).
Abdan mengungkapkan, beberapa survei menemukan bahwa orang-orang muda kurang patuh pada protokol kesehatan. Padahal mereka ini sebagian besar terkategori sebagai pemilih pemula atau orang-orang yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya pada pilkada tahun ini.
Maka dari itu, kata dia, KPU harus menyiapkan strategi edukasi maupun sosialisasi untuk mengatasi masalah dialami pilih pemula, yakni pengabaian protokol kesehatan ketika pencoblosan di TPS, selain mengantisipasi partisipasi politik yang rendah di kalangan anak muda.
"Ada kemungkinan para pemilih pemula menjadi malas menggunakan hak pilih di masa pandemi, karena kurangnya pengetahuan politik serta kemalasan mengikuti protokol kesehatan," kata dosen Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran ULM itu pula.
Sedangkan pemilih lansia, menurut Abdan, juga harus mendapat perhatian khusus karena kerentanan mereka terhadap Covid-19.
Apalagi jika mereka memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Solusinya dengan memberikan prioritas khusus, misalnya menyediakan jadwal khusus bagi pemilih lansia untuk menggunakan hak pilihnya.
Namun, dengan adanya aturan maksimal 12 pemilih dalam TPS dan penyediaan jadwal khusus bagi pemilih prioritas, maka ada kemungkinan semakin panjangnya durasi pemungutan suara.
Pada sisi lain berimbas pada durasi perhitungan suara yang semakin panjang. Karena itu, kesehatan anggota penyelenggara pilkada juga harus diperhatikan.
Abdan menyarankan petugas di TPS harus diberi asupan vitamin dan istirahat yang cukup sambil tetap menegakkan protokol kesehatan saat bertugas.
"Jangan sampai sejarah kematian petugas pada Pemilu 2019 kembali terulang. Apalagi saat ini kita menghadapi virus mematikan di pesta demokrasi pilkada serentak," ujar peraih gelar doktor bidang Psikologi Sosial dan Politik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan IPK sempurna (4,00) itu lagi.