Kamis 17 Sep 2020 19:58 WIB

115 Dokter Meninggal di Indonesia, Jumlah Tertinggi di Asia

Selain 115 dokter, 76 perawat juga meninggal saat terlibat dalam penanganan Covid-19.

Isteri dokter Oki Alfin menangis di kursi roda saat melepas jenazah suaminya yang meninggal akibat COVID-19, di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (12/9/2020). Almarhum dokter Oki terpapar Virus Corona dari pasien yang dirawatnya di Puskesmas Gunung Sahilan 1 Kabupaten Kampar, dan kemudian turut menularkan virus ke isterinya.
Foto: Antara/FB Anggoro
Isteri dokter Oki Alfin menangis di kursi roda saat melepas jenazah suaminya yang meninggal akibat COVID-19, di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Sabtu (12/9/2020). Almarhum dokter Oki terpapar Virus Corona dari pasien yang dirawatnya di Puskesmas Gunung Sahilan 1 Kabupaten Kampar, dan kemudian turut menularkan virus ke isterinya.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Arie Lukihardianti, Antara

Puncak Peringatan Hari Keselamatan Pasien Dunia secara nasional diselenggarakan di RSUP dr. Hasan Sadikin, pada Kamis (17/9). Dalam acara ini terungkap jumlah dokter yang gugur dalam penanganan Covid-19 di Indonesia, jumlahnya menjadi yang tertinggi di Asia.

Baca Juga

Mewakili Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto, staf khusus Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kesehatan, Alexander Kaliaga Ginting, menyatakan, peningkatan kasus Covid-19 membuat tenaga kesehatan menghadapi risiko beban kerja yang tinggi. Ia memaparkan data, sebanyak 177 dokter di Indonesia positif Covid-19, dan dari jumlah itu 115 dokter meninggal dunia. Jumlah itu, kata Alexander, menjadi yang tertinggi di Asia.

Dari profesi perawat, Persatuan Perawat Nasional (PPNI) mencatat sebanyak 76 perawat meninggal dunia selama pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Menkes mengimbau, pada kondisi saat ini sangat penting memberikan pelayanan yang memenuhi standar keselamatan pasien dan juga tenaga medis.

Menurut Menkes, Hari Keselamatan Pasien Sedunia ini menjadi momentum penting untuk menjadikan keselamatan petugas kesehatan sebagai prioritas yang berjalan seiring dengan keselamatan pasien.

“Kita harus segera bertransformasi. jika selama ini petugas kesehatan sebagai garda terdepan, kini saatnya mengerahkan seluruh lapisan masyarakat menjadi garda terdepan dalam melawan Covid-19 dengan meningkatkan promosi kesehatan di berbagai media," kata Alexander.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama RSHS, Nina Susana Dewi,  mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan karena telah memilih RSHS sebagai tempat puncak peringatan Hari Keselamatan Pasien Sedunia 2020. Menurutnya, jumlah tenaga kesehatan RSHS yang tertular Covid-19 relatif sedikit dan tidak ada yang berat.

Oleh karena itu, Nina menyampaikan puji syukur karena selama ini pegawai RSHS selalu dilindungi dan menghimbau petugas kesehatan agar selalu memegang prinsip tidak tertular dan tidak menularkan.

“Kita bisa melalui ini bila kita memiliki sistem mutu yang baik. Menggerakan seluruh komponen bangsa untuk bersinergi, berusaha untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita bisa untuk bangsa dan negeri ini,” kata Nina.

Sementara Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil  menjelaskan, nilai yang dibangun di Jawa Barat adalah segera keluar dari pandemi ini. Ia berpesan, momentum ini mengingatkan kita semua untuk kompak, bekerja bersama-sama, menghilangkan ego sektoral untuk bela negara.

“Bagi saya, Covid-19 ini adalah ujian untuk kita dalam melindungi generasi penerus kita. Jika kita lulus, mereka akan menjadi generasi tangguh di masa depan," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, saatnya bagi semua untuk bela negara. Yakni, yang memiliki harta bela negara dengan harta, yang punya ilmu bela negara dengan ilmu, yang punya tenaga bela negara dengan menjadi relawan.

"Sisanya bela negara dengan menjauhi diri dari penyakit dan tidak menjadi korban," katanya.

Selain sambutan, ditayangkan juga video kreativitas pegawai RSHS dalam mengkampanyekan gerakan peduli keselamatan petugas kesehatan demi keselamatan semua. Ditampilkan juga pemenang lomba pantun kampanye untuk menggunakan masker yang baik yang diikuti oleh pegawai dan masyarakat umum.

Rangkaian acara dilanjutkan dengan edukasi 3 M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) dan peragaan cuci tangan enam langkah menurut WHO yang berpusat di area acara diikuti oleh ruangan-ruangan perawatan di RSHS diikuti oleh pegawai dan pasien RSHS secara serentak.

Webinar Medis Sesi II menyajikan para narasumber dari RSUP dr. Hasan Sadikin dengan tema Grand Strategy Patient Safety Era Covid-19 di RSHS; Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Pelayanan Klinis Dalam Menghadapi Covid-19. Walaupun berlangsung dengan tetap menjaga protokol kesehatan, kegiatan berlangsung secara meriah dengan dihadiri sejumlah orang di area lapangan upacara dan Vertical Garden RSHS (dengan pengaturan jarak sesuai standar) serta diikuti lebih dari 8.000 peserta secara virtual.

Terbanyak di Jatim

Sama dengan data yang dimiliki Kemenkes, Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat sebanyak 115 dokter telah gugur dalam penanganan Covid-19 secara langsung maupun tidak langsung di seluruh Indonesia. Dari angka tersebut, kasus kematian dokter paling banyak terjadi di Jawa Timur.

Mengutip data Tim Mitigasi PB IDI di Jakarta, Rabu, (16/9) dari total 115 dokter yang gugur tersebut di antaranya 60 dokter umum, 53 dokter spesialis, dan dua dokter residen atau yang masih menjalani pendidikan dokter spesialis. Dari jumlah tersebut juga diketahui tujuh dokter bergelar guru besar atau profesor telah wafat, yakni tiga guru besar dari dokter umum dan empat guru besar dokter spesialis.

Kasus kematian dokter paling banyak terjadi di Jawa Timur (29 dokter), Sumatera Utara (21), DKI Jakarta (15), Jawa Barat (11), dan Jawa Tengah (8). Sedangkan dokter spesialis yang paling banyak meninggal saat penanganan Covid-19 secara langsung maupun tidak langsung yakni delapan dokter spesialis penyakit dalam, tujuh spesialis bedah, dan lima dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Berdasarkan catatan PB IDI jumlah dokter di Indonesia merupakan yang terendah kedua di Asia Tenggara yaitu sebesar 0,4 dokter per 1.000 penduduk. Artinya, Indonesia hanya memiliki empat dokter untuk melayani 10 ribu penduduk.

Untuk rasio dokter spesialis sebesar 0,13 per 1.000 penduduk. Selain itu, distribusi tenaga medis dan tenaga kesehatan juga terkonsentrasi di Jawa dan kota-kota besar.

Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi menjelaskan bahwa kematian dokter yang saat ini sebanyak 115 dokter dengan asumsi satu dokter melayani 2.500 pasien, maka menggambarkan rakyat Indonesia sebanyak hampir 300 ribu akan kehilangan pelayanan dari dokter, begitu juga dengan meninggalnya dokter gigi dan perawat.

Oleh karena itu Adib meminta ketegasan pemerintah untuk membuat langkah-langkah kongkret dalam upaya perlindungan dan keselamatan bagi para dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Upaya kongkret melalui pembentukan Komite Nasional Perlindungan dan Keselamatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang bertugas mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan kesehatan untuk fokus dalam upaya perlindungan dan keselamatan serta upaya-upaya pengawasannya.

"Kebutuhan dokter tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi organisasi profesi dan perhimpunan-perhimpunan spesialis untuk tetap dapat menjamin proporsi pelayanan kesehatan kepada masyarakat," kata dia.

photo
Pasien berbohong ke dokter (ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement