REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, seluruh pasien Covid-19 yang sebelumnya menjalani isolasi di beberapa hotel di Surabaya telah dinyatakan terkonversi negatif atau sembuh dan diperbolehkan pulang. Sehingga, kata dia, Karena sudah kosong, maka Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana menghentikan isolasi pasien di hotel.
"Karena sudah kosong, jadi mulai kemarin itu hotel kita stop dulu karena tidak ada pasien yang di situ," kata Risma di Surabaya, Kamis (17/9). Risma mengungkapkan, sebelumnya ada sekitar empat hotel di Surabaya yang digunakan sebagai tempat isolasi pasien Covid-19.
Risma juga menjelaskan, kondisi terkini Hotel Asrama Haji, yang juga digunakan isolasi pasien Covid-19. Risma mengatakan, dari sekitar 101 pasien yang menjalani perawatan, hari ini ada sekitar 75 orang dinyatakan sembuh dan boleh pulang.
Namun, apabila besok Hotel Asrama Haji tak lagi menerima pasien, maka pemkot juga akan menghentikan isolasi di tempat tersebut. "Karena kemungkinan yang 25 itu kita dorong untuk bisa keluar hari ini atau paling lambat besok," ujar Risma.
Risma menjelaskan, saat ini tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Surabaya terbilang tinggi. Sedangkan penularannya sudah rendah. Karena itu jumlah pasien yang menjalani perawatan di hotel maupun Asrama Haji banyak yang sembuh. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, tren kesembuhan pasien dalam satu bulan ini rata-rata per hari 80 ke atas.
"Untuk menjaga tren membaik kita tidak boleh lengah, justru kita malah turun dan agak keras. Kita turun lebih sistemik dibanding kemarin-kemarinnya," kata dia.
Kepala Dinkes Kota Surabaya, Febria Rachmanita menjelaskan, Pemkot Surabaya menggunakan metode perhitungan bobot indikator kesehatan masyarakat dalam melakukan self assessment untuk memonitoring dan evaluasi internal kasus Covid-19. Dari hasil self assessment itu kemudian dilaporkan ke Provinsi dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
“Kita juga melakukan self assessment dengan membuat perhitungan itu yang mengacu pada (indikator) penilaian pusat (Kementerian Kesehatan). Dan ternyata, dari data-data yang ada, memang ada penurunan dari bulan-bulan sebelumnya,” kata Febria.
Dia mengungkapkan, instrumen dalam self assessment itu terdapat 14 indikator penilaian. eudian ditambah satu indikator RT angka reproduksi efektif atau triangulasi. Namun dalam penilaian itu, pihaknya tak hanya menambah indikator Rt (triangulasi). Penilaian melalui indikator epidemiologi, pelayanan kesehatan, evaluasi laju insidensi dan mortality rate juga dilakukan.
“Kalau kita lihat bobot dari indikator kesehatan masyarakat Surabaya mulai tanggal 7 - 13 September itu nilai skor kita ada 2.44. Artinya kita sudah berada di zona risiko rendah,” ujarnya.
Menurut dia, skor tersebut berdasarkan perhitungan penilaian pada 14-15 indikator. Hal itu pula yang kemudian menyebabkan jumlah pasien yang menjalani perawatan dan isolasi baik di hotel maupun Asrama Haji menurun.
“Termasuk hotel yang awalnya kita punya 5 hotel, kemarin dua hotel pun sudah kosong. Jadi tinggal 1 hotel yang terisi pasien. Yang di hotel itu kan rapid reaktif. Setelah kita swab itu hasilnya adalah negatif sehingga pulang,” kata dia.