Rabu 16 Sep 2020 20:42 WIB

Legislator Maklumi Kemenkominfo Gunakan Influencer

Legislator memaklumi Kemenkominfo gunakan influencer sosialisasikan kebijakan negara

Influencer (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Influencer (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR RI Taufiq Abdullah tak mempermasalahkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggunakan orang berpengaruh di media sosial (influencer) untuk mensosialisasikan kebijakan negara.

"Jadi kan, buzzer, atau apa pun itu, influencer, atau mediator, atau apa pun, fungsinya sesungguhnya adalah mensosialisasikan apa yang menjadi kebijakan negara," ujar Taufiq dalam rapat dengar pendapat Komisi I DPR RI bersama Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Niken Widiastuti di Senayan, Jakarta, Rabu (16/9).

Baca Juga

Menurut Taufiq, tanggung jawab Kementerian Kominfo sangat luas untuk ditangani sendiri, karena mencakup seluruh sosialisasi kebijakan negara yang ada pada seluruh Kementerian/ Lembaga. Jika, Kominfo memang perlu merancang strategi-strategi khusus agar kebijakan negara pada Kementerian/Lembaga tersebut bisa sampai seluruhnya kepada masyarakat, maka dirinya mendukung.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI Rizki Aulia Rahman Natakusumah juga mengatakan dapat memahami apabila Kementerian Kominfo tidak dapat bekerja sendiri dan harus melibatkan elemen masyarakat untuk pelaksanaan tugas-tugasnya.

Namun, Rizki meminta agar Kominfo dapat terus melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan elemen masyarakat tersebut. Misalnya saja, terhadap gerakan literasi digital Siberkreasi.

Gerakan literasi digital Siberkreasi telah membantu pelaksanaan tugas-tugas Kominfo dalam sosialisasi penggunaan media sosial secara positif dan memperkuat pemahaman terkait konten hoaks di media sosial. Namun, menurut Rizki, banyak sekali isu-isu negatif yang tetap bermunculan di tahun 2020 ini yang tidak mampu belum mampu diredam oleh gerakan literasi digital Siberkreasi.

"Tentu di satu sisi, kami dukung (Siberkreasi), tapi kalau bisa ada langkah-langkah baru. Karena yang selama ini dilaksanakan, kalau tadi dibilang optimal, harusnya result-oriented. Kalau optimal, biasanya dilihat dari hasilnya, bukan dalam prosesnya. Nah jadi, yang beda sama kemarin, di program Siberkreasi sekarang ini apa? Jadi jangan cuma di-defense," kata Rizki.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement