Sabtu 12 Sep 2020 00:27 WIB

PSBB Transisi Berdampak Kenaikan Mobilitas Pulau Jawa

Sejak PSBB transisi diterapkan terdapat penambahan zona merah.

Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi yang dilakukan DKI Jakarta berdampak terhadap kenaikan mobilitas atau pergerakan orang di Pulau Jawa.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi yang dilakukan DKI Jakarta berdampak terhadap kenaikan mobilitas atau pergerakan orang di Pulau Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi yang dilakukan DKI Jakarta berdampak terhadap kenaikan mobilitas atau pergerakan orang di Pulau Jawa. Tingginya mobilitas mempengaruhi pula tingginya kasus Covid-19.

“Jadi rupanya efek dari mobilitas penduduk karena adanya PSBB Transisi di Jakarta ternyata memiliki efek ke berbagai wilayah di Pulau Jawa,” kata Wiku dalam diskusi Satgas Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta pada Jumat (11/9).

Baca Juga

Berdasarkan data yang bersumber dari Facebook Data For Good - Tim Sinergi Mahadata Universitas Indonesia, terjadi peningkatan mobilitas dalam masa PSBB Transisi 31 Agustus 2020-6 September 2020 dibandingkan masa PSBB 4-10 Mei 2020. Hal itu juga berpengaruh terhadap penambahan kasus dengan penambahan kasus di Pulau Jawa dan Bali di mana per tanggal 10 September kedua wilayah itu berkontribusi terhadap 64,18 persen dari total kasus Covid-19 nasional.

Menurut Wiku, jika dilihat dari zonasi yang ada saat ini terjadi penambahan zona merah dari 65 kabupaten/kota menjadi 70 kabupaten/kota dan 230 kabupaten/kota di zona oranye naik menjadi 267 kabupaten/kota. “Jadi terlihat bahwa aktivitas penduduk, mobilitas penduduk itu berkontribusi dalam peningkatan jumlah kasus,” kata Wiku.

Hal senada diungkapkan oleh ahli epidemiologi dan pakar kesehatan masyarakat dr. Iwan Ariawan, MSPH. Ia ikut menegaskan bahwa analisis dari data menunjukkan ada korelasi antara pergerakan penduduk dengan penambahan jumlah kasus.

Akademisi Universitas Indonesia itu mengatakan semakin banyak penduduk yang bergerak maka semakin banyak penambahan jumlah kasus Covid-19 pada hari itu. “Mengenai waktunya, kalau kita lihat per hari itu yang banyak terjadi pergerakan penduduk di pagi hari waktu orang pergi ke kantor dan di sore hari waktu orang pulang dari kantor. Pada tanggal-tanggal tertentu di mana ada libur panjang itu terjadi pergerakan penduduk dari kota besar ke luar kota,” ujar dr. Iwan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement