Rabu 09 Sep 2020 05:51 WIB

Polemik Ucapan Puan Maharani, UAS: Semua Ada Hikmahnya

Ustaz Abdul Somad (UAS) mengomentari polemik ucapan Puan Maharani.

Rep: Febrian Fachri / Red: Bayu Hermawan
Ustaz Abdul Somad.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ustaz Abdul Somad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama kondang Ustaz Abdul Somad menilai ada hikmah dibalik kontroversi ucapan Ketua DPP PDIP Puan Maharani soal 'semoga Sumbar jadi pendukung negara Pancasila'. Salah satunya, hal itu membuat anak-anak muda Minangkabau supaya lebih memahami apa dan bagaimana sejarah.

"Saya kira ini adalah iklan gratis untuk anak-anak muda Minangkabau supaya dia lebih memahami siapa Minangkabau, apa Minangkabau bagaimana sejarah Minangkabau, saya menganggap di balik ini semua tentu ustad selalu berkata ada hikmahnya," kata UAS di dalam acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (8/9).

Baca Juga

UAS juga mengambil pelajaran dari kontroversi ucapan Puan tentang Sumbar. Kualitas seseorang menurut UAS dapat dinilai dari kata-kata yang ia ucapkan saat berbicara. Bila seseorang tidak terbiasa berbicara secara lisan di depan publik, memang menurut UAS lebih aman menggunakan teks untuk meminimalisir silap lidah atau salah bicara yang kemudian memicu kontroversi di tengah publik.

"Kita manusia biasa yang bisa saja salah saat bicara," ucap UAS.

UAS yang merupakan ulama asal Pekanbaru, Riau mempertegas jiwa Pancasila orang-orang Minangkabau. UAS melihat jiwa Pancasila orang Sumbar telah memberi sumbangsih besar dalam mendirikan negara dan bangsa Indonesia. Di dalam dunia politik, tokoh-tokoh nasional Minangkabau memberikan kontribusi dalam memperjuangkan dan mempertahanan NKRI. Begitu juga sumbangsih dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara. 

Kemudian secara ekonomi menurut UAS orang Minangkabau punya kontribusi dalam menjamin kesejahteraan rakyat. Di antaranya dari buah karya Bung Hatta dalam mendirikan koperasi.  Kemudian yang tak kalah penting kata UAS, bagaimana orang Sumbar terlibat dalam dunia dakwah Islam di Nusantara sampai kancah internasional.

UAS mencontohkan Syaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi, putra Ampek Angkek, Agam yang menjadi Imam Besar di Masjidil Haram, Arab Saudi. Pengalaman ceramah di berbagai pelosok negeri, UAS juga mendapati sendiri bagaimana sejarah ulama Sumbar berdakwah menyebarkan Islam ke berbagai penjuru negeri dari Aceh sampai pelosok Sulawesi.

"Kalau saya bilang, masyarakat Minang ini sudah sangat Pancasilais sejak dari dulu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement