REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Koordinator Riset Nasional Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) Ni Made Ras Amanda mengemukakan hasil riset literasi digital di masyarakat, skor tertinggi menunjukkan masyarakat menggunakan media digital sebatas untuk mencari informasi dan skor terendah pada keterampilan produksi yang melibatkan keterampilan berpikir kritis.
"Meskipun lebih rendah, temuan kami menunjukkan ada sebagian masyarakat yang sudah mampu berpikir kritis baik saat mengonsumsi informasi maupun memproduksi informasi," kata Amanda dalam keterangan pers yang diterima di Denpasar, Selasa (8/9).
Yang menarik, lanjutnya, meskipun keterampilan kritis cenderung ada pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi, ada sebagian responden dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah yang juga memiliki kompetensi kritis yang baik.
Ia menjelaskan riset ini menggunakan 10 kompetensi literasi digital dengan empat kategori, yaitu keterampilan untuk mengonsumsi informasi secara fungsional, keterampilan mengonsumsi secara kritis, keterampilan prosuming (produksi) fungsional dan keterampilan prosuming kritis.
Mengacu pada kompetensi tersebut, apabila dilihat dari tingkat usia, pengguna berusia di atas 55 tahun memiliki tingkat literasi yang lebih rendah dibandingkan usia yang lebih muda dan pengguna berusia antara 21-36 memiliki kompetensi literasi yang paling tinggi. Selanjutnya, dilihat dari kelompok pekerjaan, yaitu pensiunan dan ibu rumah tangga memiliki tingkat literasi yang lebih rendah.
"Dari temuan ini tidak adanya perbedaan tingkat literasi digital antara responden laki-laki dan perempuan. Selain itu, dilihat dari pengeluaran bulanan tingkat literasi digital juga terbilang tidak ada perbedaan,” tuturnya.
Amanda yang juga dosen Ilmu Komunikasi Universitas Udayana ini menjelaskan tujuan diadakan riset sebagai upaya pemetaan dari kompetensi masyarakat Indonesia dalam bermedia digital. Menurutnya, pemetaan penting karena penetrasi Internet di Indonesia saat ini semakin meningkat dan perangkat digital sudah bukan lagi hal yang asing bagi masyarakat.
Dalam riset pemetaan literasi digital masyarakat Indonesia ini melibatkan 86 peneliti dari 50 perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dilakukan di 18 kota dan melibatkan 2.280 responden.Ia berharap masyarakat lebih mampu menggunakan media sosial untuk menyalurkan kreativitas, partisipasi, dan kolaborasi, sehingga tidak hanya berperan sebagai konsumen melainkan juga produsen pesan.