Selasa 08 Sep 2020 12:53 WIB

Bumi Para Nabi yang Makin Tandus dari Nilai Kerohanian

Sudah berapa juta nyawa melayang akibat kejahatan kemanusiaan Israel di Palestina.

Tokoh islam dan Guru Bangsa Buya Ahmad Syafii Maarif.
Foto:

Memang, orang Palestina juga melakukan pembunuhan terhadap rakyat Israel, tetapi itu sekadar membela diri dalam ketidakberdayaan. Menurut Gilad Atzmon, yang pernah saya kutip dulu di ruang ini, Negara Israel sejak berdirinya tahun 1948 adalah tanah curian yang harus dikembalikan kepada pemiliknya yang sah: rakyat Palestina.

Di mata Atzmon, klaim Israel sebagai pemilik sah tanah, itu pengakuan dusta yang tak dapat dimaafkan. Jadi, kelakuan kaum Zionis ini tak ada kaitannya dengan Sepuluh Perintah Nabi Musa kepada umat Israel masa silam.

Memang dalam perjalanan sejarahnya yang sudah berlangsung 72 tahun, masalah Palestina semakin rumit dan kusut karena beberapa sebab. Pertama, Negara Israel adalah proyek neo-imperialisme AS di kawasan panas itu.

Berkat lobi tokoh-tokoh Zionis, semua presiden Amerika pasti pro- Israel. Bahkan, napas hidup Israel hampir sepenuhnya bergantung pada Amerika, dari segi dana dan keamanan. Dengan kata lain, sekali Amerika meninggalkan Israel, negara Zionis ini pasti tumbang.

Kedua, kondisi dunia Arab dan Palestina yang rapuh. Sebagian besar negara Arab, sudah lama dilanda perpecahan yang belum tampak ujung penyelesaiannya. Dalam situasi itu, tak satu pun negara Arab benar-benar membela hak kemerdekaan Palestina.

Ketiga, secara internal rakyat Palestina tak kompak dalam strategi memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya. Faksi Fatah yang moderat bisa menerima solusi dua negara di kawasan sama, yaitu terbentuknya dua negara bertetangga: Palestina dan Israel. Faksi Hamas, menginginkan kaum Zionis angkat kaki seluruhnya dari tanah Palestina yang telah dirampas Israel.

Demikianlah, bumi para nabi, termasuk Palestina, menjadi ajang konflik berdarah dan perebutan kepentingan negara besar yang secara teori juga mengakui kepemimpinan spiritual Nabi Ibrahim. Yang kemudian, melahirkan dalam estafet Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad dengan pengikutnya masing-masing dalam jumlah miliaran pada tataran global.

Nilai spiritual sebagai sumber perdamaian dan keamanan inilah yang semakin tandus dan kering di kawasan itu. Yang tersisa, konflik berkepanjangan yang melumpuhkan bangunan kemanusiaan yang dulu ditegakkan dengan susah payah oleh para nabi dan rasul itu.

Hanya Allah yang tahu bagaimana kesudahannya kelak nasib bumi para nabi yang tak putus dirundung malang ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement