Senin 07 Sep 2020 20:42 WIB

Warga Temukan Kerangka yang Diduga Harimau Jawa

BBKSDA Jatim menunggu kepastian indentifikasi dari LIPI.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fuji Pratiwi
Temuan kerangka yang diduga harimau Jawa di Kalimetro, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, Senin (7/9).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Temuan kerangka yang diduga harimau Jawa di Kalimetro, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, Senin (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur (Jatim) telah menerima laporan temuan kerangka yang awalnya diduga harimau Jawa di aliran Kalimetro. Serah terima temuan dari masyarakat tersebut dilakukan di Wisma Kalimetro, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur pada Senin (7/9).

Kepala Seksi (Kasi) Konservasi Wilayah IV BBKSDA Jatim, Mamat Ruhimat menyatakan, temuan kerangka yang diduga harimau Jawa ini akan dilaporkan ke pimpinan BBKSDA. Kemudian berkoordinasi dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium.

Baca Juga

"Insya Allah lebih kurang satu bulan sudah dapat jawaban dari LIPI berdasarkan uji laboratorium. Pengalaman kami di Cagar Alam Sempu diketahui satu bulan," kata Mamat kepada wartawan di Wisma Kalimetro, Merjosari, Lowokwaru, Kota Malang, Senin (7/9).

Dugaan sementara dari masyarakat, temuan kerangka lebih merujuk kepada kucing hutan besar seperti macan tutul, harimau Jawa dan sebagainya. Namun karena harimau Jawa biasanya berukuran lebih besar, maka dia menduga, temuan ini kemungkinan jenis macan tutul. Apalagi, habitat hewan buas di Jatim lebih didominasi macan tutul.

"Tapi kita belum mengiyakan 100 persen sebelum ada uji lab LIPI,"  kata dia.

Menurut Mamat, jejak macan tutul pernah terekam kamera di salah satu area Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS). Ada pula jejak cakaran macan tutul di pohon area Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang. Untuk memastikan keberadaan macan tutul, BBKSDA telah memasang sejumlah kamera trap di daerah tersebut.

Mamat tidak menutupi kemungkinan hewan tutul juga hidup di Gunung Kawi, Kabupaten Malang. Namun dia belum bisa memprediksi jumlahnya karena memerlukan waktu untuk mengamati populasi macan di daerah tersebut. Apalagi BBKSDA hanya berwenang melakukan penelitian dan pengamatan di wilayah konservasi seperti cagar alam di Pulau Sempu dan sebagainya. 

"Di luar (wilayah) itu, kita hanya berdasarkan informasi masyarakat," ungkap Mamat.

Adapun perihal perburuan hewan, Mamat tak menampik, fenomena ini masih terjadi di Jatim. Informasi terbaru telah terjadi perburuan hewan liar jenis kijang. Namun untuk harimau dan sejenisnya, Mamat belum menerima laporan pastinya sampai sekarang.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement