REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gugurnya 105 dokter dan tenaga kesehatan yang tangani Covid-19 menjadi tanggung jawab bersama. Terutama, pemerintah yang menjadi pengelola kebijakan penanganan Covid-19 di Indonesia, yang sampai saat ini belum usai.
Direktur RS PKU Gombong, dr Ibnu Naser Arohimi mengatakan, situasi saat ini cukup mengkhawatirkan. Sebab, kasus-kasus terkini terjadi tanpa gejala atau asymptomatic, dan penyebab terpaparnya banyak tenaga kesehatan non-Covid-19.
"Karena mereka baik-baik saja, mereka sangat mungkin menularkan, tingkat penyebarannya sangat luar biasa," kata Ibnu saat mengisi Covid-19 Talk yang diselenggarakan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah.
Saat ini, pasien yang terjangkit justru mereka yang tidak miliki gejala dan tidak merasakan sakit. Karenanya, ketika dalam satu hari pasien alami sesak dapat berakhir kematian, dan ironisnya ini banyak menimpa tenaga kesehatan.
Ada beberapa faktor yang jadi penyebab tingginya tingkat penularan ke nakes. Seperti proses transmisi selama pemberian pelayanan yang sulit dihentikan, dan pengaturan jam kerja yang tentukan interaksi intens ke pasien positif.
Lalu, tidak semua rumah sakit melakukan PCR secara berkala. Kondisi ini yang memudahkan banyak terjadinya kecolongan, beban kerja dan stres yang dialami tenaga kesehatan turut menimbulkan penurunan imunitas yang memicu penularan.
"Pemerintah harus lebih serius, nakes merupakan orang-orang yang ada di lini terdepan dan harus dilindungi, pemerintah harus betul-betul memastikan nakes mendapatkan perlindungan yang maksimal dalam konteks apapun," ujar Ibnu.
Sekretaris MPKU PWM Jawa Timur, Dr. Mundakir menilai, peningkatan gugurnya tenaga kesehatan juga disebabkan kurangnya edukasi pemerintah ke masyarakat. Terutama, untuk melakukan protokol kesehatan seperti dalam pemakaian masker.
"Penularan terus terjadi karena kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dan tidak tegas, saya kira untuk mengantisipasi pahlawan kesehatan kita terus berguguran masyarakat juga harus aktif teredukasi," kata Mundakir.